Musim ketiga Squid Game langsung menggebrak dengan Seong Gi-hun (Lee Jung-jae) yang masih berjuang melawan para penjaga dan mencari tahu identitas Front Man (Lee Byung-hun). Sayangnya, perjuangan ini berujung tragis dengan banyaknya korban berjatuhan. Sementara itu, Detektif Hwang Jun-ho (Wi Ha-joon) terus mencari lokasi permainan mematikan ini.
Episode pembuka musim ini menyoroti dampak pemberontakan yang gagal pada mental Gi-hun. Sutradara Hwang Dong-hyuk menyalahkan Kang Dae-ho (Kang Ha-neul) atas kegagalan tersebut. Tanpa basa-basi, penonton dan para karakter malang segera dibawa ke permainan maut berikutnya. Kali ini, mereka dibagi menjadi dua kelompok: satu kelompok menerima kunci untuk bersembunyi, sementara kelompok lainnya diberi pisau dan diperintahkan untuk membunuh lawan mereka.
Salah satu daya tarik utama Squid Game adalah kemampuannya untuk menciptakan momen-momen yang mengharukan sekaligus mencekam. Sutradara dengan sengaja memperkenalkan banyak karakter agar penonton merasa dekat dengan mereka. Kita dibuat peduli pada pasangan ibu (Kang Ae-shim) dan anak (Yang Dong-geun), Kim Jun-hee (Jo Yu-ri) yang sedang hamil, dan Hyun-ju (Park Sung-hoon) yang berhati mulia. Setelah penonton terikat secara emosional, Hwang Dong-hyuk dengan kejam menguji perasaan mereka.
Permainan pertama di musim ketiga Squid Game merupakan salah satu episode terbaik. Episode ini menawarkan berbagai emosi yang dieksekusi dengan efektif. Ada momen pembalasan dendam antara Gi-hun dan Dae-ho yang menimbulkan pertanyaan: apakah Gi-hun rela mengorbankan moralitasnya demi amarah? Ada pula adegan menggelikan sekaligus tragis dengan Seon-nyeo (Chae Kook-hee) yang mengaku sebagai dukun dan berhasil meyakinkan pemain lain.
Yang paling mengharukan dan menegangkan adalah kisah Hyun-ju, Geum-ja, dan Jun-hee. Sejak awal, Squid Game tidak pernah ragu untuk menunjukkan sisi terburuk manusia. Hal ini berlanjut di musim ini dengan akhir episode dua yang sangat menyentuh. Dong-hyuk kembali berhasil merangkai pertanyaan "sejauh mana kamu rela mengorbankan moral demi uang" dalam adegan-adegan yang menyayat hati.
Klimaks episode dua meningkatkan ketegangan dengan menghadirkan bayi Jun-hee. Kehadiran bayi di Squid Game 3 memiliki peran krusial. Hal ini tidak hanya menyoroti betapa kejamnya manusia ketika terdesak, tetapi juga sebagai alegori sempurna untuk memperkuat tesis kreator tentang kapitalisme.
Dalam Squid Game, semua orang bermain dalam permainan yang sama. Kita semua adalah korban dari sistem kapitalisme. Bayi yang hadir di arena tidak meminta untuk dilahirkan dalam situasi sulit, dan sayangnya, kita tidak punya pilihan mengenai hal itu.
Akhir Squid Game 3 adalah konklusi yang tepat. Banyak penonton kecewa dengan nasib Gi-hun yang tidak heroik, dan kekecewaan ini dapat dimengerti. Namun, dalam konteks Squid Game, ini adalah akhir yang sesuai untuk Gi-hun.
Semua peserta permainan adalah korban dari sistem yang tidak akan pernah berpihak pada orang-orang seperti Gi-hun. Mereka dianggap bukan manusia. Bagi para VIP, para peserta Squid Game, termasuk bayi yang baru lahir, hanyalah hiburan.
Nyawa mereka tidak dihargai, mereka hanyalah statistik. Semua peserta diiming-imingi solusi atas masalah mereka: maukah kamu mengorbankan nilai-nilai moralitasmu demi uang?
Hampir semua orang memilih untuk mengorbankan moralitas demi uang, termasuk Gi-hun, yang kembali ke permainan demi balas dendam. Semua uang yang ia dapat dari musim pertama tidak berarti jika orang-orang yang ia sayangi tidak ada di sisinya—dalam kasus Gi-hun, ibu dan anaknya.
Momen penting dalam Squid Game 3 adalah ketika Front Man menawarkan skenario kemenangan mudah kepada Gi-hun. Gi-hun bisa menang jika ia mau menusuk lawannya saat mereka lengah. Gi-hun menolak tawaran ini.
Keputusan ini membuat pengorbanan Gi-hun demi bayi yang tidak bersalah menjadi masuk akal. Dong-hyuk berargumen bahwa manusia mampu melakukan apa saja. Dalam kasus Gi-hun, ia memilih untuk melakukan hal yang benar, meskipun ia harus mewarnai lantai arena dengan darahnya.