KLB Campak Melanda Medan, Ratusan Kasus Terjadi di Awal Tahun 2025

Medan menghadapi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan mencatat peningkatan kasus yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Periode Januari hingga Mei 2025, tercatat 127 kasus campak di Medan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan total 104 kasus yang dilaporkan sepanjang tahun 2024.

Campak, penyakit yang disebabkan oleh virus Morbillivirus, ditandai dengan demam, sakit tenggorokan, dan ruam di sekujur tubuh. Penularan terjadi melalui percikan air liur saat penderita batuk, bersin, atau berbicara.

Salah satu faktor utama penyebab lonjakan kasus adalah rendahnya cakupan imunisasi, terutama di kalangan anak-anak usia sekolah dasar. Kurangnya partisipasi dalam program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) menjadi perhatian serius.

Campak sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi Campak-Rubella. Dinkes Medan terus berupaya memperkuat program BIAS di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah. Program BIAS dilaksanakan dua kali setahun, meliputi Imunisasi Campak-Rubella untuk siswa kelas 1 SD, imunisasi DT (difteri-tetanus) dan Td (tetanus difteri) untuk kelas 2 SD, dan vaksinasi HPV bagi siswi kelas 5 SD.

Untuk mengatasi peningkatan kasus, Dinkes Medan telah mengambil langkah-langkah strategis. Ini termasuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya imunisasi, mengidentifikasi anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar, mengaktifkan kembali layanan imunisasi di puskesmas dan fasilitas kesehatan, serta melakukan imunisasi aktif dan jemput bola di daerah dengan cakupan imunisasi rendah.

Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi (PD3I). Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional aman dan efektif menekan angka kesakitan dan kematian akibat PD3I.

Selain memperkuat imunisasi, Dinkes juga mendorong penguatan sistem surveilans PD3I untuk memantau upaya eliminasi dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Keberhasilan imunisasi memerlukan dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah daerah, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, tenaga kesehatan, dan media massa.

Scroll to Top