WASHINGTON – Presiden AS, Donald Trump, baru saja meresmikan paket kebijakan fiskal senilai triliunan dolar yang dikenal sebagai "RUU Besar Indah". Penandatanganan dilakukan dalam seremoni di Gedung Putih, bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan dan dihadiri keluarga militer.
Dalam pidatonya, Trump memuji keberhasilan militer AS, khususnya serangan udara di Iran. Ia kemudian mengalihkan perhatian ke potensi ekonomi yang dimiliki AS.
"Menjelang peringatan 250 tahun berdirinya Amerika, kita sedang membangun ekonomi yang menghasilkan kemakmuran bagi kelas menengah, perbatasan yang aman dan berdaulat, serta militer yang tak tertandingi," kata Trump. Ia menambahkan, "RUU ini akan memicu pertumbuhan ekonomi yang LUAR BIASA dan mengangkat harkat warga negara pekerja keras yang membangun bangsa ini… Secara ekonomi, negara kita akan menjadi seperti Roket."
RUU ini disahkan DPR AS setelah melalui pemungutan suara yang ketat. Isinya meliputi perpanjangan pemotongan pajak era Trump (2017) dan pengurangan pajak untuk tip serta upah lembur. Selain itu, dialokasikan dana ratusan miliar dolar untuk pengamanan perbatasan, termasuk pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko dan deportasi imigran.
Namun, untuk menyeimbangkan anggaran, RUU ini juga memangkas dana untuk Medicaid, bantuan pangan, dan subsidi energi bersih. Congressional Budget Office (CBO) memperkirakan sekitar 12 juta warga AS akan kehilangan cakupan Medicaid pada tahun 2034, dan sekitar 3 juta orang akan kehilangan kelayakan untuk kupon makanan (SNAP).
CBO juga memperkirakan RUU ini akan meningkatkan utang nasional sebesar USD3,3 triliun dalam sepuluh tahun ke depan, karena menghasilkan kerugian pendapatan sebesar USD4,5 triliun dan hanya memotong belanja sebesar USD1,2 triliun. RUU ini juga menaikkan pagu utang nasional sebesar USD5 triliun, memungkinkan pemerintah federal untuk meminjam lebih banyak dana.
Pengesahan RUU ini di DPR berlangsung dramatis, dengan negosiasi internal Partai Republik yang alot selama 24 jam. Beberapa anggota Partai Republik awalnya menolak memberikan suara pada hari Rabu, memaksa Trump untuk turun tangan langsung dan menelepon anggota parlemen hingga larut malam untuk mengamankan dukungan. Pada akhirnya, hanya dua anggota DPR Republik yang menentang RUU tersebut.