Para ilmuwan kini tengah mengembangkan pemanfaatan microRNA (miRNA) untuk memperlambat proses penuaan serta mengurangi risiko penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.
MicroRNA adalah molekul kecil yang terdapat dalam gen (DNA) dan cairan tubuh seperti darah, urine, dan air liur. Meskipun ukurannya mungil, miRNA memiliki peran krusial dalam mengatur aktivitas gen di dalam sel tubuh. Gen-gen ini bertanggung jawab atas berbagai proses vital, termasuk yang memengaruhi penuaan dan perkembangan penyakit yang sering menyerang lansia.
Analoginya, miRNA bekerja layaknya kenop volume pada radio. Mereka dapat mengatur gen mana yang aktif atau tidak, serta seberapa besar aktivitasnya. Proses regulasi gen ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan fungsi tubuh. Gen bertanggung jawab menghasilkan protein sel yang akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Saat ini, telah ditemukan sekitar 2.600 jenis miRNA pada manusia. Beberapa di antaranya berpotensi dimanfaatkan untuk memperlambat penuaan dan mengurangi risiko penyakit lansia melalui berbagai mekanisme.
Penelitian pada 2022 menunjukkan bahwa beberapa jenis miRNA mampu mengendalikan jalur-jalur penting terkait penuaan, seperti jalur insulin (IGF-1), target of rapamycin (TOR), dan perbaikan DNA. Contohnya, miR-100 dan miR-30a terlibat dalam pengaturan jalur TOR yang memengaruhi pertumbuhan dan penuaan. Sementara itu, miR-34a berperan dalam jalur pensinyalan penuaan yang berkaitan dengan umur panjang.
Penting untuk dicatat bahwa cara kerja miRNA dalam proses penuaan dapat berbeda-beda pada setiap jenis sel atau jaringan. Selain meningkatkan atau menurunkan aktivitas gen, miRNA juga dapat menargetkan gen tertentu yang terlibat dalam proses penuaan sel. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengendalikan gen-gen terkait jalur penuaan ini.
Selain itu, miRNA juga berpotensi sebagai biomarker penuaan, yaitu penanda dalam tubuh yang dapat diukur untuk mengetahui tanda-tanda penuaan dan risiko penyakit yang menyertainya. Deteksi biomarker miRNA dapat membantu kita melakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat.
Sebagai contoh, penelitian pada hewan di tahun 2023 menemukan bahwa kadar miR-23a dalam darah meningkat seiring bertambahnya usia. MiR-23a memengaruhi gen FOXO3a yang berperan penting dalam mengatur pertumbuhan sel dan melindunginya dari kerusakan. Penelitian lebih lanjut pada manusia sedang dilakukan untuk memastikan apakah miR-23a dapat menjadi penanda penuaan yang akurat. Jika miR-23a dapat dikendalikan, miRNA ini berpotensi digunakan dalam terapi antipenuaan di masa depan.
Penuaan juga dapat disebabkan oleh kerusakan dan kesalahan pembentukan protein sel. Ketika tubuh kesulitan menjaga keseimbangan dan kualitas protein sel, hal ini dapat memicu penyakit otak terkait usia, seperti Parkinson dan Alzheimer.
Penelitian menemukan bahwa miR-146a berpotensi digunakan untuk mengatur gen penting dalam sel saraf, seperti ROCK1 dan GDNF. Kedua gen ini berperan menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup sel saraf, tetapi juga terkait dengan perkembangan penyakit Parkinson.
Sementara itu, miRNA lain yang bertugas mengatur kerja sel saraf (seperti miR-151a-5p, miR-423-3p, dan miR-338) berpotensi menekan gen-gen yang bertugas membantu produksi energi di dalam sel, tetapi juga dapat memicu Alzheimer (seperti Cytb, Cox6a2, dan COXIV).
Penelitian miRNA terus dikembangkan untuk menemukan penanda penuaan dan penyakit lansia yang akurat, serta molekul pengendali gen yang dapat dikontrol dan digunakan dalam terapi antipenuaan di masa depan.
Meskipun masih dalam tahap pengembangan, penelitian miRNA memberikan harapan dalam menghadapi tantangan penuaan, terutama di tengah meningkatnya populasi lansia.