GAZA – Reruntuhan sekolah menjadi saksi bisu tragedi di Gaza. Serangan Israel dini hari telah merenggut nyawa belasan warga sipil, termasuk anak-anak dan wanita, yang menjadikan tempat tersebut sebagai perlindungan dari konflik berkepanjangan.
Puing-puing bangunan yang menghitam, pakaian compang-camping, dan noda darah menjadi pemandangan pilu di bekas Sekolah Mustafa Hafez, di barat Kota Gaza. Di tengah reruntuhan, sisa-sisa kehidupan sehari-hari berserakan: perabotan hancur, kaleng makanan, dan barang-barang pribadi yang terbakar.
Umm Yassin Abu Awda, seorang warga Gaza yang berduka di Rumah Sakit Al-Shifa, mengungkapkan keputusasaannya, "Ini bukan kehidupan. Lebih baik kami dibom nuklir dan semuanya berakhir."
Konflik yang berlangsung selama hampir dua tahun telah memaksa sebagian besar penduduk Gaza mengungsi. Sekolah-sekolah, yang seharusnya menjadi tempat aman, justru menjadi sasaran serangan. Militer Israel mengklaim seringkali menargetkan militan Hamas yang bersembunyi di antara warga sipil, namun dampaknya sangat dirasakan oleh warga sipil tak berdosa.
Menurut keterangan petugas pertahanan sipil Gaza, Mohammad Al Mughayyir, sebagian besar korban tewas dalam serangan di Sekolah Mustafa Hafez adalah wanita dan anak-anak. Ia juga melaporkan banyak korban luka.
Di Sekolah Mustafa Hafez, mural berwarna-warni yang menggambarkan anak-anak ceria kini berdiri di samping reruntuhan. Di dalam gedung, anak-anak kecil memanjat furnitur yang terbalik dan mengamati kehancuran di sekitar mereka.
Di Rumah Sakit Al Shifa, isak tangis dan kesedihan memecah keheningan. Seorang wanita yang kehilangan sanak saudara dalam serangan itu dengan suara bergetar berkata, "Tidak ada yang tersisa untuk kami. Kedua putri saya telah tiada, dan sekarang keponakan saya, bersama enam anaknya dan suaminya, dibakar sampai mati."
Data menunjukkan lebih dari lima puluh ribu orang telah kehilangan nyawa dalam konflik di Gaza, sebagian besar adalah warga sipil. Serangan terbaru ini menambah daftar panjang penderitaan dan kehilangan yang dialami oleh penduduk Gaza.
Konflik ini dipicu oleh serangan kelompok Hamas pada Oktober 2023, yang mengakibatkan ribuan korban jiwa di pihak Israel.