Israel telah memutuskan untuk mengirim delegasi ke Qatar guna berdiskusi dengan Hamas terkait potensi gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera. Langkah ini diambil setelah Hamas memberikan respons positif terhadap proposal gencatan senjata selama 60 hari, meskipun dengan beberapa permintaan perubahan.
Hamas menginginkan jaminan bahwa permusuhan tidak akan berlanjut jika perundingan gencatan senjata permanen menemui jalan buntu. Kelompok tersebut juga meminta amandemen terkait penarikan pasukan Israel ke posisi sebelum gencatan senjata terakhir dan distribusi bantuan eksklusif oleh PBB serta mitranya.
Di tengah upaya diplomatik ini, kekerasan terus berlanjut di Gaza. Serangan dan tembakan Israel dilaporkan menyebabkan puluhan warga Palestina meninggal dunia, termasuk tenaga medis dan anak-anak. Dua karyawan organisasi kemanusiaan Amerika juga dilaporkan terluka dalam serangan di Khan Younis.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya menyatakan bahwa perubahan yang diajukan Hamas tidak dapat diterima. Namun, setelah mempertimbangkan situasi, ia menginstruksikan agar undangan perundingan diterima dan kontak untuk pemulangan sandera dilanjutkan berdasarkan proposal Qatar yang telah disetujui Israel.
Proposal tersebut mencakup pembebasan sejumlah sandera Israel yang masih hidup dan jenazah sandera lainnya dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel. Selain itu, bantuan kemanusiaan yang memadai dijanjikan akan segera memasuki Gaza dengan melibatkan PBB dan Komite Palang Merah Internasional.
Meskipun demikian, Netanyahu menegaskan bahwa perang tidak akan berakhir sampai semua sandera dibebaskan serta kemampuan militer dan pemerintahan Hamas dihancurkan. Sejumlah anggota kabinet Israel juga menyatakan penentangan mereka terhadap kesepakatan yang diusulkan.
Menteri Keamanan Nasional Israel bahkan berpendapat bahwa satu-satunya cara untuk mengamankan kembalinya para sandera adalah dengan penaklukan penuh Jalur Gaza, penghentian total bantuan kemanusiaan, dan mendorong emigrasi penduduk Palestina.