Sebuah gambar uang kertas pecahan 200 dengan desain yang menampilkan simbol negara-negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) beserta anggota baru seperti Iran dan Uni Emirat Arab (UEA), beredar luas di media sosial. Kemunculan gambar ini bertepatan dengan momentum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 di Brasil. Uang kertas tersebut menampilkan bendera dan ikon nasional masing-masing negara.
Namun, penting untuk dicatat bahwa uang kertas tersebut tidak memiliki nilai tukar resmi atau status legalitas. Uang tersebut merupakan representasi simbolik yang diperkenalkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dalam Forum Ekonomi Internasional (SPIEF) 2025 di St. Petersburg.
Ide tentang mata uang bersama BRICS telah menjadi topik diskusi yang menarik, namun belum terwujud hingga saat ini. Gagasan ini menghadapi tantangan karena perbedaan pandangan di antara negara-negara anggota. Rusia, China, dan Iran mendorong pembentukan mata uang baru untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS, terutama sebagai respons terhadap sanksi ekonomi dari negara Barat.
Sementara itu, negara anggota lain seperti India, Brasil, Afrika Selatan, dan UEA cenderung lebih berhati-hati. India bahkan secara tegas menolak pembentukan mata uang BRICS, menggarisbawahi ketidaksetujuannya terhadap dominasi satu mata uang dalam kelompok tersebut.
Perbedaan pandangan ini menjadi hambatan utama dalam mewujudkan proyek ambisius ini. Beberapa analis berpendapat bahwa China mungkin menggunakan platform BRICS untuk memperluas pengaruh ekonominya secara global. Di sisi lain, Rusia dan Iran memiliki kepentingan geopolitik yang mendesak untuk mencari alternatif terhadap sistem pembayaran internasional berbasis dolar. Keduanya ingin mengurangi ketergantungan pada SWIFT dan mendorong sistem transaksi yang lebih inklusif bagi negara-negara yang terkena sanksi.
Meskipun demikian, uang kertas pecahan 200 yang beredar tersebut hanyalah simbol. Uang ini tidak memiliki nilai tukar di pasar keuangan internasional dan tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah untuk barang atau jasa.
Para analis menilai bahwa tampilan uang tersebut lebih merupakan sinyal politik daripada langkah ekonomi konkret, mencerminkan keinginan sebagian anggota BRICS untuk membangun tatanan keuangan global yang lebih multipolar.
Peluncuran mata uang bersama BRICS tampaknya masih dalam tahap konsep dan jauh dari implementasi nyata. Keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada konsensus politik di antara anggota yang memiliki latar belakang ekonomi dan kebijakan luar negeri yang berbeda.