Ancaman Presiden AS, Donald Trump, untuk menaikkan tarif bagi negara-negara pendukung KTT BRICS di Brazil telah memicu reaksi di dalam negeri. Anggota Komisi XI DPR, Marwan Cik Asan, menyerukan persatuan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
"Saya yakin, dalam menghadapi tekanan global seperti ini, dukungan politik terhadap kebijakan presiden harus bulat," ujarnya, menekankan pentingnya soliditas dalam menghadapi tantangan geopolitik ini.
Marwan mengakui posisi AS sebagai mitra dagang strategis, namun juga menyoroti potensi relokasi pesanan ke negara pesaing seperti Vietnam dan Bangladesh, yang dapat berdampak pada jutaan pekerja Indonesia.
Di sisi lain, ia melihat ini sebagai cerminan rapuhnya struktur ekspor Indonesia yang terlalu bergantung pada pasar tradisional. Karena itu, ia mendukung langkah Prabowo untuk memperluas kerja sama ekonomi strategis dengan negara-negara anggota BRICS.
"Saya mendukung langkah Presiden Prabowo yang secara aktif memperluas kerja sama ekonomi strategis melalui keanggotaan Indonesia dalam BRICS," tegasnya, seraya menambahkan bahwa langkah ini penting untuk membangun keseimbangan baru dalam peta ekonomi global.
Menurutnya, pemerintah telah mengambil langkah awal dengan mengajukan proposal negosiasi kepada AS. Namun, Indonesia juga perlu menjalankan strategi mitigasi jangka pendek dan reformasi struktural jangka menengah-panjang secara paralel.
Diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara non-tradisional seperti India, Brasil, Mesir, dan Uni Emirat Arab menjadi prioritas. Selain itu, perlindungan nyata bagi industri padat karya, melalui insentif fiskal, akses pembiayaan, dan dukungan pembukaan pasar baru, juga sangat penting.
"Program pelatihan ulang tenaga kerja pun harus segera diperluas agar tekanan PHK tidak berubah menjadi krisis sosial," tambahnya.
Marwan menekankan bahwa krisis ini harus menjadi momentum untuk percepatan hilirisasi industri. Ia mengajak seluruh elemen bangsa, mulai dari eksekutif, legislatif, pelaku usaha, akademisi, hingga masyarakat sipil, untuk bersatu.
"Tantangan hari ini justru menjadi kesempatan bagi kita untuk membangun ekonomi nasional yang lebih berdaulat, berdaya saing, dan berpijak pada kepentingan jangka panjang," ujarnya.
"Bukan hanya bagaimana kita bertahan dari kebijakan tarif Trump, tetapi bagaimana kita meresponsnya dengan strategi yang akan membuat Indonesia lebih kuat dari sebelumnya," pungkasnya.
Ancaman Tarif Trump
Negara-negara BRICS sebelumnya telah mengingatkan bahwa kenaikan tarif global mengancam perdagangan dunia. Tak lama setelahnya, Trump mengeluarkan ancaman tarif tambahan sebesar 10% bagi negara-negara yang mendukung kebijakan anti-Amerika dari BRICS.