Pasar Keuangan Indonesia Bergejolak: Tarif Trump Mengancam, IPO Jadi Penyelamat?

Pasar keuangan Indonesia menunjukkan dinamika yang kontras kemarin, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah sementara nilai tukar rupiah justru menguat. Data cadangan devisa dan ancaman tarif baru oleh Presiden AS Donald Trump menjadi faktor utama yang memicu volatilitas pasar.

IHSG ditutup turun 0,52% di level 6.900,93, mengakhiri penguatan lima hari beruntun. Mayoritas saham, sebanyak 328 emiten, berada di zona merah. Nilai transaksi tercatat Rp 7,48 triliun, jauh di bawah rata-rata harian. Meskipun demikian, kapitalisasi pasar naik menjadi Rp 12.134,72 triliun. Investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 593,1 miliar.

Sektor utilitas menjadi penopang utama IHSG, terutama didorong oleh saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Saham-saham seperti PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT Astra International Tbk (ASII) juga memberikan kontribusi positif. Sebaliknya, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi pemberat indeks.

Di Asia-Pasifik, mayoritas pasar saham ditutup di zona merah. Nikkei di Jepang, Hang Seng di Hong Kong, KLSE di Malaysia, dan TWII di Taiwan mengalami penurunan. Sementara itu, STI di Singapura, KOSPI di Korea Selatan, dan Shanghai berhasil mencatatkan kenaikan.

Analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menilai IHSG saat ini bergerak sideways, antara level 6.820 hingga 6.980, mencerminkan pasar yang lesu dan menunggu kepastian arah. Perlambatan kinerja emiten perbankan juga menjadi perhatian investor asing.

Rupiah ditutup melemah 0,28% di level Rp 16.225/US$1, seiring dengan pelemahan mata uang Asia lainnya menjelang batas akhir negosiasi tarif Trump. Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) juga menjadi perhatian pasar. Bank Mandiri memproyeksikan Rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.175/US$-Rp16.245/US$ dalam jangka pendek. Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun stagnan di level 6,564%.

Wall Street ambruk setelah Trump mengumumkan rencana tarif baru terhadap barang impor. Dow Jones Industrial Average anjlok 0,94%, S&P 500 turun 0,79%, dan Nasdaq Composite merosot 0,92%. Saham Toyota Motor, Honda Motor, Nvidia, Apple, Alphabet, dan AMD mengalami penurunan.

Trump mengumumkan bahwa impor dari setidaknya tujuh negara akan dikenai tarif tinggi mulai 1 Agustus. Ia juga mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% terhadap negara-negara yang mendukung kebijakan anti-Amerika BRICS.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan mengalami guncangan akibat pengumuman tarif Trump, yang menetapkan tarif sebesar 32% untuk Indonesia. Kebijakan ini diperkirakan akan menghantam ekspor dan industri dalam negeri, serta memicu ketidakpastian global.

Di tengah sentimen negatif ini, ramainya penawaran saham perdana (IPO) diharapkan menjadi katalis positif bagi pasar saham.

Trump akan mengenakan tarif impor tinggi secara menyeluruh mulai 1 Agustus terhadap 14 negara, termasuk Indonesia (32%), Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Kazakhstan, Afrika Selatan, Laos, Myanmar, Bosnia dan Herzegovina, Tunisia, Bangladesh, Serbia, Kamboja, dan Thailand.

Trump juga mengancam akan mengenakan tarif tambahan 10% kepada negara yang berpihak pada kebijakan anti-Amerika BRICS, termasuk Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa pemerintah tengah melihat perkembangan ini dan akan terus menghadapi suasana yang sangat dinamis.

Cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2025 tercatat sebesar US$152,6 miliar, sedikit meningkat dibandingkan posisi pada akhir Mei 2025. Bank Indonesia (BI) akan merilis data kepercayaan konsumen periode Juni 2025. Komisi XI DPR dan pemerintah menyepakati asumsi pertumbuhan ekonomi 2026 pada rentang 5,2-5,8%.

Pasar saham menyambut saham-saham unggulan di IPO di sepanjang pekan ini. Beberapa saham mencatatkan oversubscribed puluhan hingga ratusan kali.

Scroll to Top