KERR COUNTY – Jumlah korban jiwa akibat banjir bandang dahsyat yang melanda Texas, Amerika Serikat, terus bertambah, kini mencapai 104 orang. Tim penyelamat tanpa lelah terus berupaya mencari korban yang hilang terseret arus deras.
Di antara para korban terdapat puluhan anak perempuan dan pembina yang tengah berada di perkemahan musim panas remaja dekat sungai, saat bencana menerjang di akhir pekan libur Empat Juli.
Prakiraan cuaca memperingatkan potensi banjir susulan akibat hujan yang terus mengguyur tanah yang sudah jenuh, menghambat upaya pemulihan yang melibatkan helikopter, perahu, dan anjing pelacak. Kekhawatiran meningkat bahwa jumlah korban masih berpotensi bertambah.
Presiden Donald Trump berencana mengunjungi Texas. Gedung Putih mengecam kritik terhadap pemotongan anggaran badan cuaca yang disebut melemahkan sistem peringatan dini bencana.
Trump menyebut banjir bandang yang terjadi sejak Jumat sebagai "bencana 100 tahun" yang tak terduga. Ia telah menandatangani deklarasi bencana besar, mengaktifkan dana federal dan sumber daya untuk membantu wilayah terdampak.
Kerr County menjadi wilayah yang paling parah terkena dampak banjir, dengan puluhan orang dewasa dan anak-anak meninggal dunia. Di antaranya, puluhan korban berasal dari Camp Mystic, sebuah kamp khusus perempuan yang menampung ratusan orang saat banjir melanda.
Perkemahan musim panas adalah tradisi yang populer di Amerika Serikat, namun tragedi ini menimpa kamp tersebut. Air Sungai Guadalupe yang meluap mencapai puncak pohon dan atap kabin saat para gadis di kamp sedang tidur.
Puing-puing, selimut, boneka beruang, dan barang-barang lainnya berserakan tertutup lumpur. Jendela-jendela pecah akibat dahsyatnya kekuatan air.
Para relawan turut serta membantu mencari korban di sepanjang sungai, termotivasi oleh hubungan pribadi dengan para korban.
Hujan deras yang berlangsung selama berjam-jam memicu banjir bandang, dengan ketinggian air Sungai Guadalupe melonjak drastis dalam waktu singkat.
Banjir bandang bukanlah kejadian langka di wilayah Texas selatan dan tengah, yang dikenal sebagai "Lorong Banjir Bandang."
Perubahan iklim telah memperparah frekuensi dan intensitas peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan, dan gelombang panas dalam beberapa tahun terakhir.