TEL AVIV – Jumlah warga Israel yang menandatangani petisi, menyerukan pembebasan sandera yang ditahan di Gaza, terus meningkat pesat. Bahkan, mereka rela menghentikan operasi militer yang sedang berlangsung demi memulangkan para tawanan tersebut. Hingga kini, tercatat 128.000 orang telah menandatangani petisi yang beredar.
Platform Restart Israel, yang menjadi wadah petisi ini, mencatat lonjakan signifikan dalam jumlah penanda tangan. Dari 120.000 orang pada Kamis (17/4/2025), menjadi 128.114 pada Jumat. Jumlah petisi yang beredar pun bertambah dari 43 menjadi 47.
Petisi-petisi ini berasal dari berbagai kalangan, termasuk tentara cadangan, pensiunan militer, hingga kelompok sipil. Mayoritas penanda tangan adalah warga sipil yang merasa prihatin dengan nasib para sandera. Lebih dari 11.000 tentara cadangan dan pensiunan juga turut menyuarakan dukungan mereka melalui 20 petisi di berbagai unit militer.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelumnya mengecam para penanda tangan petisi dari kalangan militer, menuduh mereka melakukan pembangkangan dan mengancam dengan pemecatan. Ia juga menuding kelompok-kelompok yang mendapat pendanaan asing berusaha menggulingkan koalisinya.
Gerakan petisi ini muncul setelah kegagalan fase pertama kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera-tahanan. Meskipun Hamas telah memenuhi persyaratannya, Netanyahu menolak melanjutkan ke fase kedua akibat tekanan dari koalisi sayap kanannya, dan Israel kembali melanjutkan operasi militer.
Situasi di Gaza terus memburuk, dengan lebih dari 51.000 warga Palestina tewas sejak Oktober 2023, sebagian besar wanita dan anak-anak. Israel juga menghadapi tuntutan atas kejahatan perang dan genosida di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dan Pengadilan Internasional (ICJ).