Harga emas dunia mengalami fluktuasi yang signifikan dalam dua pekan terakhir, dipicu oleh dinamika negosiasi dagang global. Optimisme pasar terhadap potensi kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan mitra dagangnya memicu aksi jual aset safe haven, termasuk emas. Investor beralih ke aset yang dianggap lebih berisiko, seperti Dolar AS dan obligasi, yang imbal hasilnya melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari dua minggu.
Pada hari Selasa (8 Juli 2025), harga emas sempat mengalami penurunan tajam lebih dari 1%, menyentuh level US$3.200 per troy ons sebelum akhirnya rebound dan ditutup pada US$3.300,44 per troy ons, naik 1,04%. Level penutupan tersebut merupakan yang terendah sejak 27 Juni 2025.
Pada perdagangan hari ini, Rabu (9 Juli 2025), hingga pukul 06.13 WIB, harga emas di pasar spot menunjukkan penguatan tipis sebesar 0,08% di posisi US$3.303,18 per troy ons. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh sikap Presiden AS yang sering berubah-ubah membuat pelaku pasar kebingungan dalam menentukan posisi transaksi mereka.
Kekuatan indeks Dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS semakin membebani harga emas. Pada hari Selasa, indeks Dolar AS/DXY naik 0,04% ke level 97,52, sementara imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun menguat 0,50% ke level 4,4170%. Kondisi ini membuat emas, yang tidak memberikan imbal hasil, menjadi kurang menarik bagi investor.
Di tengah ketegangan perang dagang, negara-negara dengan ekonomi kuat di Asia, seperti Jepang dan Korea Selatan, berupaya untuk bernegosiasi dengan AS guna mengurangi dampak tarif yang lebih tinggi. Presiden AS sebelumnya memperingatkan akan memberlakukan tarif yang lebih tinggi terhadap 14 negara, namun mengundur tanggal dimulainya kebijakan tersebut hingga 1 Agustus.
Fokus pasar saat ini tertuju pada deadline negosiasi dagang. Sentimen risiko yang muncul dari optimisme terkait kesepakatan dagang cenderung menekan harga emas.
Selain itu, pasar juga menantikan risalah rapat kebijakan terbaru The Federal Reserve (The Fed) AS yang akan dirilis pada hari Rabu, serta pidato dari beberapa pejabat The Fed minggu ini. Investor berharap risalah dan pidato tersebut dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang kondisi ekonomi dan arah kebijakan bank sentral AS.
Adanya ancaman inflasi akibat tarif berpotensi mendorong The Fed untuk menunda pemangkasan suku bunga hingga tahun depan, yang pada gilirannya dapat menekan harga emas. Saat ini, investor mengantisipasi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin pada akhir tahun ini, dimulai pada bulan Oktober.