Hujan yang mengguyur wilayah Indonesia di tengah musim kemarau menjadi perhatian banyak pihak. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa fenomena ini dipicu oleh serangkaian dinamika atmosfer yang kompleks.
Salah satu faktor utama adalah melemahnya Monsun Australia. Seharusnya, monsun ini membawa udara kering dan menyebabkan musim kemarau. Namun, kondisi yang tidak ideal ini membuka jalan bagi faktor-faktor lain untuk berperan.
Sirkulasi siklonik di sebelah barat Bengkulu turut berkontribusi terhadap curah hujan yang tidak lazim ini. Selain itu, pengaruh tidak langsung dari badai tropis di wilayah utara Indonesia juga memainkan peran penting. Pertemuan angin dari arah timur (dari selatan Jawa hingga Lombok) dan angin dari arah barat menciptakan zona pertemuan angin yang memicu pertumbuhan awan hujan secara intensif. Zona pertemuan ini terutama efektif di wilayah Jawa Barat dan Jabodetabek, diperparah oleh kontrol sirkulasi siklonik.
Suhu permukaan air laut yang hangat di perairan Indonesia juga memperkuat fenomena ini. BMKG telah mendeteksi potensi cuaca ekstrem ini sejak akhir Juni dan mengeluarkan peringatan dini.
Kabar baiknya, fenomena ini diperkirakan akan mereda dan bergeser ke wilayah Indonesia bagian tengah. Sirkulasi siklonik di barat Bengkulu mulai melemah, dan pengaruh badai tropis juga berkurang. Secara bertahap, Monsun Australia dengan udara dinginnya akan mulai mendominasi. Diharapkan curah hujan lebat akan berkurang dan bergeser ke Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku, dan Papua dalam beberapa hari mendatang.
BMKG memprediksi bahwa awal musim kemarau 2025 akan mengalami keterlambatan di sekitar 29% zona musim, terutama di Lampung, sebagian besar Jawa, Bali, NTB, dan NTT. Hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30% zona musim di Indonesia yang memasuki periode kemarau, jauh di bawah kondisi normal sekitar 64%.
Meskipun kondisi iklim global seperti ENSO dan IOD berada dalam fase netral dan diperkirakan tetap demikian hingga akhir 2025, anomali curah hujan sejak Mei diperkirakan akan berlanjut hingga Oktober 2025. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti informasi terkini dari BMKG terkait perkembangan cuaca.