Pemerintah Rusia dan China akhirnya angkat bicara mengenai laporan yang menghebohkan tentang mantan Presiden AS, Donald Trump, yang disebut-sebut pernah mengancam akan membom Moskow dan Beijing. Reaksi ini muncul melalui pernyataan juru bicara resmi dan pemberitaan di media pemerintah.
Ancaman kontroversial Trump ini terungkap dalam rekaman suara dari pertemuan tertutup dengan para donatur tahun lalu. Dalam rekaman tersebut, Trump mengaku mengancam Putin dengan "membom Moskow habis-habisan" jika Rusia menyerang Ukraina.
"Saya bilang ke Putin, ‘Kalau kamu serang Ukraina, saya akan bom Moskow habis-habisan.’ Saya tidak punya pilihan lain," ujar Trump dalam acara penggalangan dana tersebut.
Tak hanya Rusia, Trump juga mengklaim memberikan peringatan serupa kepada Presiden China, Xi Jinping, terkait potensi invasi ke Taiwan. Ia menyatakan AS akan membalas dengan membom Beijing.
"Saya bilang hal yang sama ke Xi Jinping. Kalau kamu masuk ke Taiwan, saya akan bom Beijing habis-habisan. Saya tidak punya pilihan lain," tegas Trump.
Respon dari Rusia
Menanggapi klaim ini, Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan bahwa Trump tidak pernah menyampaikan ancaman tersebut kepada Putin. Ia menambahkan bahwa pada periode waktu yang dimaksud, Trump belum menjabat sebagai Presiden AS, sehingga komunikasi semacam itu hampir tidak mungkin terjadi.
"Tidak ada percakapan telepon saat itu. Kita sedang membicarakan periode ketika Trump belum menjadi Presiden Amerika Serikat," jelas Peskov.
Peskov juga tidak menampik kemungkinan bahwa informasi ini adalah berita palsu, mengingat banyaknya hoaks yang beredar di media sosial terkait isu geopolitik.
"Banyak sekali berita palsu yang beredar. Kami selalu berhati-hati dalam menganalisis berita," imbuhnya.
Reaksi dari China
Sementara itu, Pemerintah China tampak berhati-hati dalam menanggapi klaim Trump. Beberapa media pemerintah memotong bagian rekaman yang menyebutkan ancaman terhadap Beijing, hanya menyiarkan pernyataan Trump mengenai Putin.
Juru Bicara Kedutaan China di Washington, Liu Pengyu, juga menyatakan tidak mengetahui klaim Trump terkait ancaman untuk menyerang Beijing.
"Kami tidak memahami dan tidak mengetahui adanya situasi tersebut," pungkasnya.