Antartika mencatat rekor baru dalam pencairan permukaan es di awal tahun 2025, memicu kekhawatiran mendalam di kalangan ilmuwan tentang percepatan dampak perubahan iklim. Pada 2 Januari 2025, area yang mencair mencapai 3,7% dari total lapisan es Antartika, angka tertinggi dalam 46 tahun terakhir sejak era pemantauan satelit dimulai.
Hampir seluruh garis pantai Antartika, yang memang lazim mengalami pencairan di musim panas, menunjukkan peningkatan jumlah hari pencairan yang lebih cepat dari perkiraan. Hanya bagian barat laut Antartika Barat yang kondisinya mendekati rata-rata. Bahkan, hampir separuh (49%) dari sub-Semenanjung Antartika mengalami pencairan pada hari itu, berdasarkan data observasi gelombang mikro pasif satelit.
Pencairan terus berlanjut hampir setiap hari sepanjang Januari, terutama di Larsen C bagian barat, Amery, dan Totten Ice Shelves. Walaupun luas area pencairan sempat menurun di pertengahan hingga akhir Januari, rekor harian baru kembali tercipta pada 17 dan 18 Januari akibat pencairan luas di pesisir Dronning Maud Land dan Amery Ice Shelf.
Pemicu utama pencairan ekstrem ini adalah suhu udara yang jauh di atas rata-rata, menyebar luas di hampir seluruh benua. Meskipun suhu di Semenanjung Antartika tidak terlalu ekstrem, beberapa wilayah pesisir lainnya, seperti Wilkes Land, mendekati rerata.
Pola sirkulasi udara turut menjadi faktor penyebab peningkatan suhu di sejumlah wilayah, terutama di bagian tenggara wilayah bertekanan rendah dan barat daya wilayah bertekanan tinggi. Peristiwa ini menjadi sinyal kuat bahwa perubahan iklim terus mengancam keseimbangan ekosistem global.