Sektor Perbankan Terbang Tinggi: Analis Ungkap Faktor Pendorongnya

Sektor keuangan, khususnya saham perbankan, mencatat lonjakan signifikan pada perdagangan sesi II hari Kamis, 10 Juli 2025. Stockbit mencatat kenaikan sektor ini sebesar 1,85%, didorong oleh performa positif sejumlah bank besar.

Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) memimpin penguatan dengan kenaikan 5,16% menjadi Rp 3.870 per saham. Diikuti oleh Bank Tabungan Negara (BBTN) yang melonjak 5% ke Rp 1.155 per saham, Bank Syariah Indonesia (BRIS) atau BSI, mencatat kenaikan 3,83% ke Rp 2.710 per saham. Bank Negara Indonesia (BBNI) juga mengalami kenaikan sebesar 2,75% ke Rp 4.110 per saham, serta Bank Mandiri (BMRI) naik 2,34% ke Rp 4.820 per saham.

Kenaikan ini terjadi setelah saham-saham perbankan mengalami koreksi sepanjang tahun. Lalu, apa yang memicu apresiasi ini?

Menurut analis, sentimen terhadap saham perbankan secara umum positif. Investor menunjukkan keberanian dalam mengambil risiko, seolah mengabaikan perkembangan terkait kebijakan tarif yang dikeluarkan oleh Presiden AS saat itu. Harga saham perbankan yang sebelumnya terkoreksi dianggap sebagai peluang bargain hunting.

Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya menyatakan bahwa meskipun gejolak geopolitik global masih berlangsung dan menekan IHSG, pelaku pasar kini lebih matang dalam mencerna kondisi tersebut dan tidak lagi panik.

Rebound saham perbankan ini juga didorong oleh optimisme terhadap pemulihan kinerja industri perbankan di sisa tahun ini. Investor domestik terlihat aktif melakukan akumulasi saham, berspekulasi pada potensi pemulihan net interest margin (NIM) dan kredit perbankan.

Faktor lain yang mendukung adalah antisipasi terhadap rapat Bank Indonesia (BI) yang akan menentukan keputusan suku bunga acuan. Investor menantikan keputusan BI, dengan harapan adanya ruang pemangkasan suku bunga acuan domestik.

Beberapa analis menyoroti bahwa saham BBNI dan BMRI masih tergolong undervalued atau murah berdasarkan rasio valuasi mereka, sehingga menarik untuk diakumulasi. Hal ini tercermin dari price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV) kedua bank tersebut.

Scroll to Top