Israel Buka Peluang Damai dengan Hamas, Syaratnya?

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kembali menyampaikan sinyal potensi perdamaian dengan Hamas, kelompok yang berkuasa di Gaza. Pernyataan ini muncul di tengah gempuran Israel yang terus berlanjut dengan tujuan menumpas kelompok tersebut.

Netanyahu menyatakan bahwa Israel siap berunding untuk mencapai kesepakatan permanen yang mengakhiri konflik di Gaza, asalkan ada jeda sementara dalam pertempuran. Namun, ia menegaskan bahwa prasyarat utama dari Israel adalah Hamas harus menyerahkan seluruh persenjataan mereka dan melepaskan kendali atas wilayah Palestina.

"Jika kesepakatan dengan persyaratan Israel tidak tercapai, konflik lanjutan tidak terhindarkan," tegas Netanyahu.

Ia juga menyoroti bahwa pelucutan senjata dan penetralan Hamas adalah kondisi fundamental bagi Israel, mengingat tekanan domestik yang meningkat untuk mengakhiri perang akibat tingginya korban militer.

"Jika ini bisa dicapai melalui negosiasi, itu bagus," ujarnya. "Jika tidak, dalam 60 hari kita harus mencapainya dengan cara lain, yaitu menggunakan kekuatan tentara kita."

Menanggapi hal ini, pejabat senior Hamas, Bassem Naim, menolak gagasan tentang pelanggengan pendudukan. Ia juga menolak gagasan warga Gaza dan Palestina lainnya terus digiring ke "daerah kantong terlindungi" di wilayah padat penduduk tersebut.

"Kami ingin mengakhiri pengiriman bantuan oleh kelompok yang didukung AS dan Israel, sebuah sistem yang menyebabkan puluhan orang terbunuh saat mencari jatah makanan," imbuhnya.

Saat ini, negosiasi tidak langsung antara kedua belah pihak sedang berlangsung di Qatar. Militan Hamas telah setuju untuk membebaskan sebagian sandera yang masih hidup sejak serangan 7 Oktober yang memicu perang.

Poin-poin perdebatan utama termasuk tuntutan Hamas untuk kelancaran aliran bantuan ke Gaza dan penarikan militer Israel dari wilayah tersebut. Hamas juga menginginkan jaminan nyata untuk perdamaian abadi.

Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengakui bahwa kemajuan telah dicapai dalam negosiasi. Namun, ia mengakui bahwa menyelesaikan semua masalah kompleks kemungkinan akan memakan waktu beberapa hari lagi.

"Masih ada perbedaan besar, terutama mengenai bagaimana Hamas akan dicegah untuk mengendalikan Gaza setelah perang," pungkasnya.

Scroll to Top