Kupang digemparkan dengan kasus pertama Hantavirus yang menjangkiti seorang warga berusia 67 tahun berinisial S. Kasus ini terungkap setelah S memeriksakan diri di RS dr. Asmir Salatiga, Jawa Tengah, akibat keluhan nyeri tubuh.
Pemeriksaan awal menunjukkan gejala seperti tekanan darah tinggi hingga 220 mmHg. Setelah tiga hari perawatan, keluhan sakit di sekujur tubuh, terutama kaki, membuat dokter menduga adanya infeksi leptospirosis. Pemeriksaan darah menunjukkan indikasi kerusakan hati dan ginjal. Kondisi S semakin memburuk hingga harus dirawat intensif di ICU akibat demam tinggi (38,4°C) dan saturasi oksigen rendah (56%).
Meski awalnya diduga leptospirosis, hasil laboratorium menunjukkan negatif leptospirosis. Pemeriksaan PCR lebih lanjut justru mengkonfirmasi adanya Hantavirus.
Investigasi Dinkes Salatiga menemukan bahwa S baru saja kembali dari Kota Kupang. Pemerintah Kota Kupang bergerak cepat bersama Balai Besar Laboratorium Kesehatan Lingkungan (BBLKL) Salatiga untuk mengidentifikasi keberadaan tikus di berbagai lokasi. Hasilnya, dari 24 tikus yang ditangkap, dua ekor positif Leptospira, ditemukan di BTN Kolhua dan Pasar Inpres Naikoten I Kupang.
Dinas Kesehatan NTT mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kebersihan lingkungan, terutama di area perumahan padat. Penting untuk dicatat bahwa virus ini tidak menular antarmanusia, melainkan melalui feses, urine, atau air liur tikus. Penularan dapat terjadi jika manusia menghirup partikel-partikel tersebut.