Sebuah serangan udara Israel menghantam warga sipil di Jalur Gaza yang sedang mengantre untuk imunisasi dan pasokan nutrisi di sebuah pusat kesehatan di Kota Deir Al Balah, Gaza tengah, pada Kamis (10/7).
Serangan ini menyebabkan setidaknya 15 orang kehilangan nyawa, termasuk banyak perempuan dan anak-anak. Rumah Sakit Martir Al Aqsa melaporkan bahwa delapan dari korban tewas adalah anak-anak, dengan usia mulai dari dua hingga 14 tahun. Selain itu, tiga perempuan dan empat laki-laki juga menjadi korban dalam serangan tersebut.
Rekaman dari lokasi kejadian menunjukkan anak-anak tergeletak tak bergerak, sementara yang lainnya terluka di tengah kepanikan dan jeritan. Video lain memperlihatkan sejumlah anak bersimbah darah dan tidak bergerak saat dievakuasi menggunakan gerobak.
Menurut direktur jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, serangan itu terjadi di dekat pusat medis yang biasa mendistribusikan susu formula bayi kepada para ibu.
Organisasi bantuan asal Amerika Serikat, Project HOPE, menyatakan bahwa serangan itu terjadi "tepat di depan" salah satu klinik kesehatannya, tempat warga mengantre untuk mendapatkan pengobatan atas berbagai masalah kesehatan, termasuk malnutrisi dan penyakit kronis.
CEO Project HOPE, Rabih Torbay, mengungkapkan bahwa lokasi klinik tersebut telah diinformasikan kepada militer Israel. Ia menegaskan bahwa klinik kesehatan Project HOPE adalah tempat yang aman di Gaza, tempat orang-orang membawa anak-anak mereka, perempuan menerima layanan kehamilan dan pascamelahirkan, dan warga mendapatkan pengobatan untuk malnutrisi dan masalah kesehatan lainnya.
"Itu adalah lokasi yang sudah dikoordinasikan agar tidak diserang," kata Torbay. "Namun, keluarga-keluarga tak bersalah diserang tanpa ampun saat mereka mengantre menunggu klinik dibuka. Kata ‘terkejut’ dan ‘patah hati’ bahkan tak cukup menggambarkan perasaan kami."
Pihak militer Israel mengklaim bahwa serangan itu ditujukan untuk menargetkan seorang milisi Hamas yang terlibat dalam serangan kelompok tersebut terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.
Dr. Mohammed Abu Mughaisib, wakil koordinator medis untuk Palestina dari LSM Médecins Sans Frontières (MSF), mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya fasilitas kesehatan menjadi sasaran. Ia menegaskan bahwa akses bantuan dan obat-obatan belum membaik, meskipun Israel telah mencabut sebagian blokade atas Gaza.
"Setiap hari ratusan orang tewas dan terluka saat pergi ke titik distribusi bantuan untuk mengambil paket makanan mereka," ujarnya, seraya menambahkan, "Di pasar tidak ada makanan. Toko roti pun tutup."
Mughaisib mengatakan bahwa penduduk Gaza kini "benar-benar kelelahan, hancur, dan lelah," sembari menyebut bahwa "harapan adalah kata yang sangat rapuh di Gaza."
Dalam sebulan terakhir, hampir 3.000 warga Palestina di Gaza telah tewas akibat serangan Israel.
Sejak Oktober 2023, agresi Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 56 ribu warga Palestina, sebagian besar korban tewas adalah anak-anak dan perempuan. Jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah karena masih banyak orang yang hilang dan reruntuhan bangunan yang belum dibongkar di seluruh Gaza.