Jakarta – Upaya perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel terkait gencatan senjata di Gaza mengalami kemandekan. Usulan Israel untuk tetap menempatkan pasukannya di wilayah Palestina menjadi batu sandungan utama.
Pembicaraan yang berlangsung di Doha, Qatar, sejak Minggu lalu, bertujuan untuk mencapai kesepakatan penghentian sementara perang di Gaza yang telah berlangsung selama 21 bulan. Kedua belah pihak sebelumnya menyatakan kesediaan untuk membebaskan 10 sandera hidup jika gencatan senjata selama 60 hari dapat disepakati.
Namun, seorang sumber terpercaya dari pihak Palestina mengungkapkan bahwa penolakan Israel untuk menarik seluruh pasukannya dari Gaza menjadi penghalang utama. "Negosiasi di Doha menghadapi kemunduran karena desakan Israel untuk menyajikan peta yang lebih condong ke penempatan ulang pasukan daripada penarikan yang sesungguhnya," ujarnya.
Hamas sendiri bersikeras pada penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Sumber tersebut menambahkan bahwa delegasi Israel mengajukan peta yang mengusulkan keberadaan pasukan militer di lebih dari 40 persen wilayah Palestina.
"Delegasi Hamas menolak usulan tersebut karena pada dasarnya melegitimasi pendudukan kembali hampir separuh Jalur Gaza dan mengubah Gaza menjadi zona terisolasi tanpa akses dan kebebasan bergerak," tegas sumber tersebut.
Saat ini, para mediator meminta kedua belah pihak untuk menunda perundingan hingga kedatangan utusan khusus Presiden AS, Steve Witkoff, di Doha.