Kasus leptospirosis menunjukkan peningkatan signifikan, terutama di Kota Jogja, yang sayangnya menyebabkan beberapa pasien meninggal dunia. Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala-gejala yang mengarah pada penyakit ini.
Kepala Dinkes DIY menjelaskan bahwa leptospirosis erat kaitannya dengan perilaku dan kondisi lingkungan yang kurang bersih, karena penyakit ini ditularkan melalui tikus. Di area perkotaan, masalah persampahan dan kebersihan saluran air menjadi faktor pemicu. Sementara di wilayah pedesaan, sektor pertanian menjadi perhatian utama.
Pencegahan dan pengendalian leptospirosis membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Masyarakat juga diharapkan lebih proaktif dalam mengenali tanda dan gejala penyakit ini agar tidak terlambat mendapatkan penanganan medis.
Gejala leptospirosis yang perlu diwaspadai antara lain demam tinggi, sakit kepala, mual, dan muntah, terutama setelah beraktivitas yang berhubungan dengan sampah, kotoran, saluran air, atau sawah. Jika mengalami gejala-gejala tersebut setelah melakukan aktivitas berisiko, segera kunjungi layanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut. Penanganan yang cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang berujung pada kematian.
Sebelumnya dilaporkan, kasus leptospirosis melonjak di Kota Jogja, dengan 19 kasus ditemukan di berbagai kecamatan seperti Mantrijeron, Mergangsan, Gondokusuman, Kotagede, Umbulharjo, Pakualaman, Gedongtengen, Ngampilan, Wirobrajan, Jetis, dan Tegalrejo. Dari total kasus tersebut, enam pasien dilaporkan meninggal dunia yang berasal dari Pakualaman, Gedongtengen, Ngampilan, Wirobrajan, dan Jetis.