Ribuan demonstran tumpah ruah ke jalan-jalan di kota-kota utama Amerika Serikat, termasuk Washington DC, New York City, dan Chicago, pada hari Sabtu (19/4/2025), menyuarakan penentangan terhadap pemerintahan Presiden Donald Trump. Aksi ini merupakan hari kedua demonstrasi nasional sejak Trump kembali menjabat pada bulan Januari.
Di depan Gedung Putih, massa aksi membawa spanduk dan meneriakkan tuntutan agar Trump segera mengundurkan diri. Mereka juga menunjukkan solidaritas kepada para imigran yang dideportasi, mahasiswa asing yang ditahan, dan universitas yang terancam pendanaannya akibat kebijakan federal yang baru.
Di New York City, ratusan orang berkumpul di depan Perpustakaan Umum New York sebelum berarak melalui jalan-jalan Manhattan. Sambil membawa poster dan mengibarkan bendera Amerika, mereka menyerukan, "Tidak ada rasa takut, tidak ada kebencian, tidak ada ICE di negara bagian kita."
Aksi serupa juga terjadi di Chicago dan puluhan kota lainnya. Para demonstran mengecam kebijakan Trump terkait deportasi massal, pemecatan massal pegawai pemerintah federal, serta pendekatannya dalam konflik Gaza dan Ukraina.
Sejak pelantikannya, Trump dan sekutunya, termasuk miliarder Elon Musk, dituduh melemahkan institusi-institusi pemerintahan. Lebih dari 200.000 pekerja federal telah kehilangan pekerjaan mereka, dan sejumlah lembaga penting dilaporkan dibubarkan atau dibekukan.
Kebijakan pemerintah juga menuai kritikan pedas dari kelompok-kelompok hak asasi manusia. Pemerintahan Trump disebut-sebut mengancam akan mencabut pendanaan universitas yang mendukung program keberagaman, inisiatif iklim, dan gerakan pro-Palestina. Gelombang protes ini menandai meningkatnya ketegangan politik di Amerika Serikat sejak awal masa jabatan Trump.