Presiden Prabowo Subianto membuka peluang lebar bagi rumah sakit (RS) dan klinik dari luar negeri untuk melebarkan sayap bisnisnya di Indonesia. Keputusan ini diumumkan saat pertemuan dengan Presiden Dewan Eropa, António Costa, di Brussels, Belgia.
"Dalam dua tahun terakhir, kami telah membuka partisipasi asing di berbagai sektor, termasuk sektor kesehatan. Rumah sakit asing atau institusi kesehatan dari luar negeri kini dapat membuka cabang atau institusi terkait di Indonesia," ujar Presiden Prabowo.
Sinyal positif ini juga mengisyaratkan bahwa jika perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa terealisasi, RS-RS Eropa akan semakin mudah mendirikan cabang di Indonesia.
Prabowo menekankan pentingnya keterlibatan Eropa dalam perekonomian Indonesia, begitu pula sebaliknya. Menurutnya, Eropa memiliki keunggulan dalam teknologi, ilmu pengetahuan, tata kelola, keuangan, dan ekonomi. Sementara Indonesia kaya akan mineral dan sumber daya alam. Kemitraan melalui CEPA diharapkan saling menguntungkan.
Tidak hanya sektor kesehatan, kampus-kampus asing juga diizinkan membuka cabang dan beroperasi di Indonesia. Pemerintah juga berencana meningkatkan jumlah mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di Eropa.
"Kami mengirimkan ribuan mahasiswa setiap tahunnya ke Eropa, dan kami ingin melihat lebih banyak lagi," kata Presiden Prabowo.
Perundingan CEPA Indonesia dan Uni Eropa akhirnya rampung setelah kurang lebih 10 tahun. Keberhasilan ini disambut baik oleh pimpinan Uni Eropa, Ursula von der Leyen dan António Costa. Pertemuan dengan kedua tokoh tersebut merupakan bagian dari kunjungan kerja Presiden Prabowo di Brussels.
Dalam lawatan resminya, Presiden Prabowo didampingi oleh sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju, termasuk Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Perdagangan, dan Menteri Investasi dan Hilirisasi.