Murah dan Kenyang Tak Selalu Sehat: Pola Makan Masyarakat Indonesia Jadi Sorotan

Harga terjangkau dan rasa kenyang masih menjadi prioritas utama bagi banyak orang dalam memilih makanan sehari-hari. Namun, laporan terbaru mengungkap fakta mengkhawatirkan: murah tidak selalu berarti sehat, terutama bagi generasi muda Indonesia.

Studi menemukan bahwa lebih dari seperempat anak muda di Indonesia lebih mengutamakan makanan murah dan mengenyangkan, tanpa mempedulikan kandungan gizi yang ada di dalamnya. Tekanan ekonomi menjadi faktor utama yang mendorong pola makan tinggi kalori namun rendah nutrisi ini, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Makanan cepat saji dan camilan kemasan menjadi pilihan utama karena harganya yang terjangkau, meskipun nilai gizinya sangat minim.

Fenomena ini juga meluas ke kelompok ekonomi menengah ke bawah. Perubahan pola makan masyarakat mengarah pada konsumsi makanan instan dan olahan yang semakin tinggi. Kesibukan dan tekanan ekonomi membuat banyak keluarga lebih memilih makanan siap saji yang praktis dan murah dibandingkan memasak dengan bahan segar.

Namun, pola konsumsi ini menyimpan risiko besar bagi kesehatan. Makanan instan dan olahan yang minim gizi menjadi pemicu berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan kolesterol. Kurangnya aktivitas fisik akibat gaya hidup digital juga memperparah situasi ini.

Kebiasaan ini bukan hanya soal pilihan individu, tetapi juga cerminan masalah struktural dalam sistem pangan dan ekonomi masyarakat. Harga sayur, buah, dan makanan segar yang terus meningkat, sementara makanan olahan tetap terjangkau, membuat masyarakat cenderung memilih jalan yang paling mudah dan murah.

Kondisi ini memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Edukasi gizi dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan sehat menjadi kunci utama. Selain itu, negara perlu berperan aktif dalam mendorong akses terhadap makanan bergizi yang lebih terjangkau, terutama bagi kelompok masyarakat yang rentan. Tanpa upaya yang menyeluruh, ketimpangan akses pangan akan terus melanggengkan lingkaran konsumsi makanan tidak sehat di Indonesia.

Scroll to Top