Uni Eropa (UE) mengambil langkah antisipatif dengan menyusun rencana pemberlakuan tarif terhadap produk-produk asal Amerika Serikat (AS). Aksi ini merupakan respons langsung terhadap ancaman Presiden AS, Donald Trump, yang berniat mengenakan tarif sebesar 30% kepada barang-barang dari Benua Eropa.
Daftar barang-barang AS yang berpotensi terkena tarif pembalasan UE mencakup berbagai sektor penting. Mulai dari industri penerbangan, mesin-mesin, otomotif, bahan kimia, hingga peralatan medis. Tak hanya itu, produk-produk listrik, peralatan presisi, serta sektor pertanian dan makanan seperti buah-buahan, sayuran, anggur, bir, dan minuman beralkohol lainnya juga masuk dalam daftar.
Paket balasan ini merupakan usulan kedua dari Komisi Eropa, badan yang bertanggung jawab atas kebijakan perdagangan bagi 27 negara anggota UE. Jika benar-benar diterapkan, nilai barang ekspor AS yang terdampak diperkirakan mencapai 72 miliar Euro atau setara dengan Rp 1.367 triliun.
Sebelumnya, Trump mengancam akan menerapkan tarif dasar impor sebesar 30% dari UE mulai 1 Agustus mendatang. Tindakan ini dianggap tidak dapat diterima oleh para pejabat Eropa dan berpotensi mengakhiri hubungan perdagangan normal antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Meskipun demikian, Kepala Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menegaskan bahwa UE tetap berupaya mencapai kesepakatan. Sebagai bentuk itikad baik, UE bahkan menunda pembalasan atas tarif AS yang sebelumnya diberlakukan pada baja dan aluminium.
"Kami selalu menegaskan bahwa solusi negosiasi adalah pilihan yang lebih kami sukai," ujar Von der Leyen, yang mewakili 27 negara anggota UE dalam isu perdagangan.
Sejak kembali menjabat sebagai presiden pada Januari lalu, Trump telah menerapkan kebijakan tarif yang agresif terhadap berbagai negara, baik sekutu maupun pesaing. Kebijakan ini telah mengguncang pasar keuangan dan memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.
Pemerintahan Trump saat ini berada di bawah tekanan untuk mengamankan kesepakatan dengan mitra dagang, setelah menjanjikan serangkaian kesepakatan di masa lalu. Hingga saat ini, AS baru mengumumkan dua kesepakatan, yaitu dengan Inggris dan Vietnam, selain penurunan tarif balasan sementara dengan Tiongkok.