Jakarta – Jepang menyatakan bahwa China, Rusia, dan Korea Utara merupakan tiga negara yang paling mengancam keamanan kawasan sejak Perang Dunia II. Penilaian ini disampaikan dalam laporan tahunan Kementerian Pertahanan Jepang yang dirilis pada hari Selasa, 15 Juli.
Menteri Pertahanan Jepang menekankan bahwa negaranya menghadapi tantangan keamanan terberat dalam beberapa dekade terakhir akibat peningkatan aktivitas militer ketiga negara tersebut di wilayah sekitar Jepang.
Buku Putih Pertahanan Jepang menyoroti bahwa tatanan keamanan global sedang berada dalam bahaya. Jepang menyadari posisinya yang berada di tengah lingkungan keamanan yang paling berbahaya dan kompleks sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Aktivitas militer China yang semakin agresif dianggap sebagai "ancaman strategis terbesar" yang belum pernah dihadapi Jepang sebelumnya. Sengketa wilayah terkait Kepulauan Senkaku atau Diaoyu menjadi salah satu perhatian utama. Selain itu, peningkatan aktivitas militer di sekitar Taiwan juga menjadi perhatian Jepang.
Laporan tersebut juga membahas sengketa Laut China Selatan, di mana China terus meningkatkan aktivitas militernya, meskipun mendapat kecaman dari berbagai negara. Jepang merasa berkepentingan terhadap situasi di Laut China Selatan karena wilayah perairannya berdekatan dengan wilayah yang diklaim oleh Beijing.
Jepang juga menganggap Rusia dan Korea Utara sebagai ancaman terhadap stabilitas dan keamanan kawasan. Hubungan yang semakin erat antara Rusia dan China, serta pengerahan instalasi militer Rusia di dekat wilayah utara Jepang menjadi perhatian. Jepang mengklaim bahwa Rusia telah menambah pasukan militer, rudal, dan pesawat tempur di pulau-pulau yang diklaim sebagai wilayah kedaulatannya namun diduduki oleh Rusia sejak akhir Perang Dunia II.
Korea Utara dinilai sebagai ancaman besar karena terus mengembangkan senjata nuklirnya, meskipun telah dikenai sanksi internasional. Jepang menilai aktivitas militer Korea Utara memberikan ancaman yang lebih langsung dan berbahaya.