Jakarta – Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, menyampaikan kecaman keras terhadap tindakan intervensi militer Israel di wilayah kedaulatan Suriah. Kecaman ini menyusul serangan militer Israel yang menyasar berbagai target di Suriah, termasuk fasilitas pemerintah dan lokasi di sekitar Istana Presiden.
Kementerian Luar Negeri RI menyatakan keprihatinannya atas memburuknya situasi di Sweida, Suriah, yang telah menyebabkan jatuhnya banyak korban sipil. Indonesia menekankan pentingnya penghormatan terhadap kedaulatan negara lain dan menolak segala bentuk agresi militer.
Pemerintah Indonesia mendesak segera diwujudkannya gencatan senjata permanen antara Pemerintah Suriah dan Kelompok Druze yang terlibat konflik. Indonesia menegaskan dukungannya terhadap upaya perdamaian yang dilakukan oleh pemerintah Suriah untuk menciptakan stabilitas di seluruh wilayah negara tersebut.
Indonesia juga menekankan pentingnya penyelesaian konflik melalui jalur dialog damai dan inklusif, yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Suriah. Tujuan utama adalah untuk menjaga persatuan nasional dan keutuhan wilayah Suriah.
Serangan Israel sebelumnya dilaporkan menghancurkan gedung kantor pusat Kementerian Pertahanan Suriah di Damaskus dan menyasar pasukan pemerintah di Suriah selatan. Perdana Menteri Israel mengklaim bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk melindungi komunitas Druze dan memerangi "geng-geng rezim." Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Suriah menuduh Israel melakukan "agresi berbahaya."
Bentrokan berdarah di provinsi Sweida, Suriah selatan, telah menyebabkan lebih dari 350 orang tewas sejak akhir pekan. Korban jiwa meliputi kombatan Druze, warga sipil, dan personel Kementerian Pertahanan dan Dalam Negeri Suriah.