Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, dengan tegas menolak untuk tunduk pada tekanan asing, khususnya dari Amerika Serikat. Pernyataan ini muncul sebagai respons terhadap ancaman mantan Presiden AS, Donald Trump, yang berencana mengenakan tarif hingga 50% terhadap produk Brasil. Langkah ini diduga bertujuan untuk mempengaruhi proses hukum terhadap mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro.
"Tidak ada orang asing yang bisa mendikte presiden ini," tegas Lula dalam pidatonya di hadapan aktivis mahasiswa di Goias. Kata "gringo" dalam konteks Brasil umumnya merujuk pada orang asing tanpa konotasi merendahkan.
Lula menegaskan bahwa Brasil akan terus maju dengan rencana regulasi dan pengenaan pajak terhadap perusahaan teknologi asal AS. Pemerintah Brasil menuduh perusahaan-perusahaan ini menyebarkan kekerasan dan berita bohong dengan berlindung di balik kebebasan berekspresi.
Menteri Luar Negeri Brasil, Mauro Vieira, menyatakan bahwa Lula terbuka untuk berdiskusi dengan Trump, meskipun belum ada pertemuan yang dijadwalkan. Brasil saat ini tengah berunding dengan berbagai kelompok industri dan perusahaan yang berpotensi terdampak oleh tarif AS, sambil menyiapkan langkah-langkah balasan jika perundingan gagal.
Insiden ini tampaknya memberikan angin segar bagi Lula, yang saat ini menjabat sebagai presiden untuk periode ketiga. Ancaman tarif dari Trump justru meningkatkan dukungan publik terhadap Lula.
Sikap tegas Lula menuai pujian dan menjadi viral, memberikan harapan baru bagi pendukungnya. Jajak pendapat terbaru menunjukkan peningkatan signifikan dalam tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Lula, mencapai level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Antara 43% hingga 50% warga Brasil menyatakan persetujuan mereka, naik beberapa poin persentase sejak Mei.