Pemerintah Suriah Bantah Kirim Pasukan ke Sweida, Israel Malah Bombardir

Konflik di Provinsi Sweida, Suriah, terus memanas. Pemerintah Suriah membantah laporan tentang pengerahan pasukan ke wilayah tersebut, tempat bentrokan antara suku Druze dan Bedouin memicu kekhawatiran regional.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah menegaskan bahwa tidak ada persiapan untuk operasi militer besar di Sweida. Pernyataan ini muncul di tengah eskalasi konflik yang sebelumnya sempat diredam oleh gencatan senjata.

Gencatan senjata yang diharapkan mengakhiri pertempuran antara pejuang Bedouin dan Druze ternyata tidak bertahan lama. Bentrokan kembali pecah, menarik perhatian Israel, yang bersumpah tidak akan membiarkan kelompok Islamis yang memimpin Suriah saat ini menempatkan pasukannya di wilayah selatan.

Israel bahkan melancarkan serangan ke posisi pasukan Suriah di Sweida dan sekitar Damaskus, mengklaim pemimpin Suriah saat ini adalah "jihadis yang menyamar". Tel Aviv menyatakan komitmennya untuk melindungi komunitas Druze di Suriah, menanggapi seruan dari minoritas Druze di Israel.

Namun, sikap keras Israel terhadap pemerintahan Suriah yang baru ini bertentangan dengan Amerika Serikat. Washington tidak mendukung serangan Israel baru-baru ini dan telah berperan dalam mengamankan gencatan senjata sebelumnya. Gedung Putih menyatakan harapan bahwa gencatan senjata akan tetap berlaku.

Sementara itu, pemimpin Suriah, Ahmed Al Sharaa, menuduh Israel berusaha memecah belah negaranya dan berjanji untuk melindungi minoritas Druze di Suriah. Situasi di Sweida tetap tegang dan rentan terhadap eskalasi lebih lanjut, dengan keterlibatan berbagai pihak yang berkepentingan.

Scroll to Top