Krisis Malaria di Provinsi Barat: Kekurangan Primakuin Ancam Kesehatan Masyarakat

Provinsi Barat menghadapi tantangan serius dalam penanganan malaria akibat kekurangan obat antimalaria vital, Primakuin. Kelangkaan ini terjadi di tengah lonjakan kasus malaria di Gizo dan sekitarnya.

Rumah Sakit Gizo melaporkan bahwa stok Primakuin, yang krusial untuk pengobatan infeksi malaria Plasmodium vivax (PV), telah habis selama beberapa bulan terakhir. Situasi ini meningkatkan kerentanan pasien dan memperbesar risiko penyebaran penyakit.

Tanpa akses yang memadai ke Primakuin, pasien berpotensi mengalami infeksi berulang, memperpanjang masa sakit, dan menambah beban pada sistem pelayanan kesehatan yang sudah tertekan. Seorang dokter di Rumah Sakit Gizo mengungkapkan peningkatan signifikan kasus malaria, dengan mayoritas pasien (hingga 70%) terdiagnosis positif PV. Pilihan pengobatan alternatif yang terbatas dinilai kurang efektif dalam mencegah kekambuhan.

Kekurangan obat ini diduga disebabkan oleh masalah dalam rantai pasokan dan proses pengadaan. Pihak berwenang mendesak Kementerian Kesehatan dan Layanan Medis (MHMS) untuk segera mengirimkan pasokan obat guna menghindari krisis kesehatan yang lebih besar.

Para pemimpin masyarakat mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan dengan menggunakan kelambu dan membersihkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk. Sementara itu, pasien malaria disarankan untuk mencari pengobatan di klinik swasta terdekat yang menjual Primakuin dengan harga sekitar $100 per paket.

Scroll to Top