GAZA – Juru bicara Brigade Qassam, Abu Ubaidah, menyampaikan pernyataan keras terkait kebuntuan negosiasi gencatan senjata di Gaza. Dalam video yang dirilis pada 18 Juli 2025, Abu Ubaidah menuding Israel menolak proposal pembebasan seluruh sandera yang ditahan di Gaza.
Abu Ubaidah menyatakan bahwa Hamas telah menawarkan "kesepakatan komprehensif" untuk pembebasan seluruh sandera, namun proposal ini ditolak oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan para menteri sayap kanannya. Menurutnya, pemerintahan Netanyahu tidak memiliki kepentingan yang tulus terhadap nasib para tawanan, yang sebagian besar adalah tentara.
Hamas menegaskan dukungannya terhadap kesepakatan yang mencakup penghentian perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan masuknya bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina yang berada di wilayah tersebut. Abu Ubaidah memperingatkan bahwa jika Israel menarik diri dari perundingan tidak langsung yang difasilitasi di Qatar, Hamas tidak akan menjamin kembalinya kesepakatan parsial apapun, termasuk kesepakatan 60 hari yang sedang dibahas yang akan membebaskan 10 tawanan.
Saat ini, Hamas masih menahan sekitar 50 orang di Gaza, dengan perkiraan sekitar 20 di antaranya masih hidup.
Dalam pesan video pertamanya sejak awal Maret, Abu Ubaidah menyatakan bahwa para pejuang Hamas siap melanjutkan pertempuran jangka panjang dan akan terus melakukan penyergapan di seluruh Gaza untuk membunuh atau menangkap tentara Israel yang menyerbu.
Abu Ubaidah juga mengecam para pemimpin negara-negara Arab dan Islam atas sikap diam mereka terhadap "genosida" yang dilakukan Israel. Ia menyatakan bahwa para pemimpin tersebut bertanggung jawab atas darah puluhan ribu orang tak berdosa yang dikhianati oleh kebisuan mereka.
Pernyataan ini muncul di tengah kebuntuan perundingan di Doha, di mana Israel bersikeras untuk mempertahankan dan memperluas kendali militer atas Gaza, termasuk Koridor Morag dan Koridor Magen Oz yang memisahkan Rafah dan Khan Younis dari wilayah lainnya.
Di tengah blokade bantuan kemanusiaan dan pembunuhan warga Palestina yang kelaparan, Israel melanjutkan rencana membangun kamp konsentrasi di atas reruntuhan Rafah, meskipun mendapat kecaman internasional.
Menurut sumber medis, 41 warga Palestina tewas oleh pasukan Israel pada hari Jumat. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa lebih dari 58.667 warga Palestina telah tewas dan 139.974 lainnya terluka sejak dimulainya perang pada Oktober 2023. Sejak Israel melanggar gencatan senjata terakhir pada bulan Maret, 7.843 orang tewas dan 27.993 terluka.
Kementerian Kesehatan Gaza juga melaporkan peningkatan drastis jumlah orang dari segala usia, termasuk anak-anak, yang menderita kelaparan dan datang ke unit gawat darurat rumah sakit dalam kondisi kelelahan ekstrem.