Pemerintah Indonesia baru saja memberlakukan kebijakan penghapusan tarif bea masuk (0%) untuk sejumlah produk asal Amerika Serikat, sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan dengan AS. Namun, jangan harap harga iPhone akan langsung turun.
Mengapa demikian? Meskipun Apple adalah perusahaan asal AS, produksi iPhone sebagian besar dilakukan di Tiongkok. Kebijakan 0% tarif ini hanya berlaku untuk barang yang benar-benar diproduksi di Amerika Serikat. Jadi, produk elektronik populer seperti iPhone, laptop, atau printer yang diproduksi di China tidak akan terpengaruh.
Lantas, produk apa saja yang akan mendapat manfaat dari kebijakan ini? Beberapa di antaranya adalah suku cadang pesawat, mesin dan plastik, obat-obatan dan produk farmasi, energi (BBM, LNG, elpiji), serta produk pertanian seperti kedelai, gandum, dan jagung.
Namun, kebijakan ini tidak hanya membawa angin segar. Ada kekhawatiran serius mengenai dampaknya terhadap produsen lokal, terutama di sektor pertanian dan peternakan. Produk seperti susu, olahan susu, dan jagung lokal berisiko kalah bersaing dengan produk impor dari AS yang kini bebas tarif.
Indonesia sudah menjadi tujuan ekspor produk susu nomor 7 bagi AS. Dengan penghapusan tarif ini, permintaan produk susu lokal bisa merosot tajam. Nasib serupa juga mengancam petani kedelai, mengingat 80% kebutuhan kedelai nasional masih bergantung pada impor. Kebijakan ini berpotensi meningkatkan ketergantungan dan mematikan sektor produksi dalam negeri.
Konsumen mungkin akan merasa senang dengan harga produk impor yang lebih murah. Namun, para petani, khususnya petani kedelai, diperkirakan akan menjerit dengan kebijakan ini.