Fenomena ‘Rojali’ Hantui Perekonomian Indonesia, Mirip Krisis 2008?

Kecemasan menghantui dunia ekonomi Indonesia. Istilah ‘Rojali’ atau rombongan jarang beli, yang menggambarkan masyarakat yang lebih memilih cuci mata di pusat perbelanjaan ketimbang berbelanja, kini menjadi sorotan utama. Ekonom dari salah satu bank swasta terkemuka, BCA, bahkan mengaitkan fenomena ini dengan memori kelam krisis ekonomi 2008.

Pemandangan warga Jakarta yang berburu diskon di mall menjadi indikasi nyata penurunan daya beli. Para pemasok barang mewah, seperti tas dan arloji, merasakan dampak yang signifikan, serupa dengan situasi krisis 17 tahun silam.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan perlambatan laju konsumsi di awal tahun, meskipun terdapat momentum Ramadan dan Lebaran. Penjualan ritel pun mengalami stagnasi, dengan pertumbuhan yang jauh dari harapan.

Kelompok kelas menengah atas, yang merupakan tulang punggung konsumsi rumah tangga, cenderung menahan diri. Alih-alih berbelanja, mereka memilih untuk mengamankan dana di instrumen investasi yang menawarkan imbal hasil menarik, seperti giro dengan suku bunga tinggi, deposito, Surat Berharga Negara (SBN), emas digital, dan perhiasan.

Namun, harapan masih ada. Para ahli ekonomi meyakini bahwa tren konsumsi di semester kedua tahun ini akan membaik, didorong oleh meredanya ketidakpastian eksternal dan stimulus dari pemerintah.

Bank Indonesia (BI) juga melihat potensi peningkatan konsumsi rumah tangga berkat beberapa faktor kunci. Inflasi yang stabil akan menjaga daya beli masyarakat, bantuan sosial dari pemerintah akan membantu kelompok menengah ke bawah, dan perbaikan sektor pertanian akan memberikan dampak positif. Selain itu, meredanya ketidakpastian ekonomi global dan peningkatan ekspor juga diharapkan dapat mendorong konsumsi.

Dengan tarif impor yang lebih rendah dari Amerika Serikat, ekspor Indonesia berpeluang meningkat, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat.

Meskipun tantangan ‘Rojali’ masih menghantui, optimisme tetap membara bahwa perekonomian Indonesia akan segera bangkit dan kembali pada jalur pertumbuhan yang berkelanjutan.

Scroll to Top