Fenomena ‘Rojali’ di Mall: Daya Beli Menurun, Masyarakat Pilih Hemat

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) membenarkan adanya fenomena ‘rombongan jarang beli’ (rojali) di pusat perbelanjaan. Kondisi ini melanda berbagai kalangan, baik menengah ke bawah maupun menengah ke atas.

Menurut APPBI, kemunculan rojali merupakan imbas langsung dari melemahnya daya beli masyarakat. Hal ini memicu perubahan signifikan dalam pola belanja. Masyarakat tetap mengunjungi pusat perbelanjaan, namun dengan anggaran terbatas, mereka cenderung memilih barang atau produk dengan harga yang lebih terjangkau.

Fenomena rojali bukanlah sesuatu yang baru. Kondisi ini lazim terjadi ketika ekonomi dan daya beli masyarakat menurun. Namun, diprediksi bersifat sementara dan akan pulih seiring dengan peningkatan daya beli.

Untuk mengatasi tantangan ini, pengusaha pusat perbelanjaan berupaya menarik konsumen dengan program diskon menarik dan terjangkau. Tujuannya adalah agar masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah, tetap dapat menikmati pengalaman berbelanja.

Senada dengan hal tersebut, ekonom dari Bank Central Asia (BCA) mengungkapkan bahwa masyarakat, terutama kelas menengah atas, kini lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka. Tren ini terlihat jelas dari data yang menunjukkan penurunan konsumsi sejak awal tahun.

Kehati-hatian ini mendorong masyarakat untuk mengalihkan dana mereka ke instrumen investasi. Deposito, giro, Surat Berharga Negara (SBN), emas digital, dan perhiasan menjadi pilihan menarik karena menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi. Dengan demikian, investasi menjadi prioritas utama bagi mereka saat ini.

Scroll to Top