Akhir-akhir ini, pusat perbelanjaan atau mal di Indonesia ramai oleh pengunjung yang datang berombongan, namun minim pembelian. Fenomena ini, yang dikenal dengan istilah ‘rojali’ (rombongan jarang beli), menjadi perhatian pengelola pusat perbelanjaan.
Menurut Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), kemunculan ‘rojali’ ini merupakan indikasi penurunan daya beli masyarakat. Meskipun demikian, APPBI menekankan bahwa ‘rojali’ hanya sebagian kecil dari total pengunjung mal dan bersifat sementara.
"Fenomena ‘rojali’ tidak signifikan dan hanya sementara, dipicu oleh melemahnya daya beli masyarakat," jelas perwakilan APPBI.
Namun, APPBI memperingatkan bahwa fenomena ini akan terus berlanjut jika kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat tidak membaik. Solusi untuk menghilangkan ‘rojali’ secara signifikan adalah dengan mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8%.
"Kondisi normal akan tercapai seiring dengan pemulihan daya beli. Jika target pertumbuhan ekonomi 8% tercapai, fenomena ini akan jauh berkurang, bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada," tambahnya.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) sebelumnya juga menyoroti kehati-hatian masyarakat dalam berbelanja, terutama kalangan menengah atas, selama semester pertama 2025.
"Data menunjukkan tren yang kurang menggembirakan sejak awal tahun hingga Juni. Perusahaan menunjukkan kinerja yang baik di beberapa sektor, namun konsumen, terutama kelas menengah atas yang menyumbang 70% konsumsi, lebih berhati-hati," ungkap Kepala Ekonom BCA.
Kehati-hatian ini bahkan dirasakan oleh pemasok barang-barang mewah, yang mengakui situasinya mirip dengan krisis 2008.
"Saya melihat adanya kehati-hatian. Beberapa pemasok tas mewah merasakan dampak yang mirip dengan krisis 2008," katanya.
Alih-alih berbelanja, masyarakat kelas menengah cenderung menginvestasikan uangnya. Mereka memilih instrumen investasi seperti deposito, giro, dan Surat Berharga Negara (SBN).
"Saat ini, dana besar lebih banyak diparkir di instrumen investasi dengan bunga menarik seperti giro, deposito, SBN, belum lagi investasi lain seperti emas digital, emas biasa, dan perhiasan. Investasi lebih menarik bagi mereka saat ini," pungkasnya.