Lembaga riset Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menyoroti potensi risiko gagal bayar yang signifikan pada Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih. Potensi tersebut diperkirakan dapat mencapai Rp85,96 triliun akibat pinjaman yang diajukan. Kekhawatiran ini muncul seiring dengan tren penurunan laba dan aset yang dialami oleh Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
Menurut analisis CELIOS, risiko gagal bayar ini diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Proyeksi menunjukkan potensi gagal bayar pada tahun pertama mencapai Rp7,18 triliun, meningkat menjadi Rp8,24 triliun pada tahun kedua, Rp10,12 triliun pada tahun ketiga, Rp13,32 triliun pada tahun keempat, Rp18,77 triliun pada tahun kelima, dan melonjak menjadi Rp28,33 triliun pada tahun keenam.
"Analisis kami mengindikasikan adanya ancaman gagal bayar yang berpotensi mencapai Rp85,96 triliun selama enam tahun masa pinjaman. Hal ini tentu akan menjadi beban berat bagi pemerintah desa yang bertindak sebagai penanggung jawab," ungkap seorang peneliti ekonomi CELIOS.
Lebih lanjut, CELIOS juga menyoroti biaya peluang (opportunity cost) yang harus ditanggung sektor perbankan akibat preferensi pendanaan terhadap Kopdes. Opportunity cost ini diperkirakan mencapai Rp76,51 triliun. Hal ini disebabkan karena perbankan memilih untuk mengalokasikan dana ke Kopdes dibandingkan berinvestasi pada instrumen lain yang berpotensi memberikan keuntungan lebih besar.