Gaza kembali dilanda duka. Lebih dari seratus warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangkaian insiden tragis, yang memperparah krisis kemanusiaan yang sudah parah di wilayah tersebut. Serangan pasukan Israel menjadi penyebab utama jatuhnya korban jiwa, sementara pengepungan yang berkelanjutan oleh Israel menyebabkan lonjakan kematian akibat kelaparan.
Minggu (20/7/2025) menjadi hari yang memilukan bagi warga Gaza. Di perlintasan Zikim, Rafah, dan Khan Younis, puluhan warga Palestina meregang nyawa. Di Zikim, sedikitnya 79 orang tewas ditembak ketika berupaya mendapatkan tepung dari konvoi bantuan PBB. Di Rafah, 9 nyawa melayang di dekat titik distribusi bantuan, menyusul 36 kematian serupa sehari sebelumnya. Khan Younis mencatat 4 kematian di lokasi bantuan lainnya.
Rizeq Betaar, seorang saksi mata di Zikim, menggambarkan situasi mengerikan saat membantu membawa seorang korban muda ke rumah sakit. "Tidak ada ambulans, tidak ada makanan, tidak ada kehidupan, tidak ada cara untuk bertahan hidup lagi," ujarnya dengan nada putus asa.
Osama Marouf, korban selamat lainnya, mengungkapkan trauma yang mendalam setelah membantu mengangkut seorang pria tua yang terluka. "Saya bahkan tidak menginginkan tepung lagi, dia seperti ayah saya," tuturnya.
Militer Israel mengklaim bahwa tembakan peringatan dilepaskan untuk mengatasi ancaman terhadap pasukan mereka di Gaza utara. Namun, Program Pangan Dunia (WFP) PBB membantah klaim tersebut, menegaskan bahwa para korban hanyalah warga sipil yang putus asa mencari makanan untuk keluarga mereka yang kelaparan. WFP menyatakan bahwa penembakan terjadi setelah konvoi 25 truk bantuan pangan melintasi Zikim. Saat mendekati kerumunan warga sipil, konvoi tersebut diserang oleh tank, penembak jitu, dan tembakan lainnya.
WFP mengkritik kekerasan tersebut, terutama setelah adanya jaminan dari Israel bahwa kondisi operasional lembaga kemanusiaan di Gaza akan membaik. "Krisis kelaparan di Gaza telah mencapai tingkat keputusasaan yang baru. Orang-orang sekarat karena kurangnya bantuan kemanusiaan. Malnutrisi melonjak," ungkap WFP. Mereka menekankan bahwa peningkatan besar-besaran dalam distribusi bantuan pangan sangat diperlukan untuk menstabilkan situasi.
Kementerian Kesehatan Gaza menambahkan bahwa sedikitnya 19 warga Palestina meninggal karena kelaparan pada hari Minggu. Ratusan lainnya menderita malnutrisi dan berisiko meninggal jika tidak segera mendapatkan makanan. Kementerian memperingatkan bahwa tubuh ratusan orang yang telah melemah berisiko mengalami kematian mendadak karena kelaparan. Sejak awal konflik pada tahun 2023, setidaknya 71 anak telah meninggal karena malnutrisi, sementara 60.000 lainnya menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi yang parah.