Kesehatan Seksual di Usia 50+: Jangan Diabaikan!

Banyak yang berfokus pada kesehatan fisik saat usia bertambah, seperti tekanan darah dan kadar gula. Namun, kesehatan seksual sering terabaikan. Padahal, kebutuhan akan keintiman tetap ada.

Survei membuktikan, sebagian besar orang di atas 50 tahun setuju bahwa keintiman dan kesenangan seksual tetap penting. Sayangnya, topik ini seringkali enggan dibicarakan, terutama jika ada masalah.

Faktanya, seks adalah bagian penting dari hubungan romantis, berapapun usianya. Namun, sedikit sekali yang membahas kesehatan seksual dengan dokter. Hal ini disebabkan karena kesehatan seksual masih dianggap tabu dan menimbulkan kecemasan.

Menghindari topik ini bisa berdampak pada kesehatan. Disfungsi seksual bisa jadi tanda awal masalah kesehatan serius yang mungkin terlewatkan jika tidak dibicarakan. Kurangnya komunikasi dengan pasangan juga meningkatkan risiko penyakit menular seksual (PMS).

Menjaga hubungan intim yang sehat setelah usia 50 berarti membicarakan topik ini secara terbuka. Kesehatan seksual adalah kemampuan untuk menerima dan menikmati seksualitas sepanjang hidup. Ini mencakup kepuasan seksual, akses ke edukasi, dan komunikasi terbuka dengan pasangan. Jika terganggu, kesejahteraan secara keseluruhan juga ikut terpengaruh.

Tidak ada usia pasti kapan seksualitas berakhir. Kita adalah makhluk seksual sejak lahir, dan usia 50 bukanlah akhir segalanya. Seks yang sehat penting karena meningkatkan keintiman emosional dan mengurangi stres. Secara fisik, hubungan seksual teratur bisa membantu menurunkan kolesterol dan tekanan darah. Tubuh yang sehat juga mendukung fungsi seksual yang baik; misalnya, olahraga meningkatkan aliran darah ke organ seksual.

Seiring bertambahnya usia, tubuh berubah dan memengaruhi kesehatan seksual. Pada wanita, perubahan besar terjadi saat menopause, seperti penurunan libido, kenaikan berat badan, hot flashes, rambut rontok, dan perubahan mood. Vagina juga bisa kehilangan pelumas alami.

Pada pria, disfungsi ereksi (DE) semakin umum. Proses ereksi bisa menjadi lebih lambat atau tidak sekuat dulu. Masalah pada prostat juga dapat memengaruhi kesehatan seksual karena efek samping pengobatan.

Faktor gaya hidup seperti merokok, alkohol berlebih, penyakit jantung, diabetes, depresi, dan inkontinensia juga berpengaruh. Beberapa obat, seperti statin (untuk kolesterol) dan beta-blocker (untuk tekanan darah), bisa menurunkan gairah atau menyebabkan kesulitan dalam respons seksual.

Scroll to Top