Pesta pernikahan putra Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dan Wakil Bupati Garut yang berujung maut di Pendopo, Lapangan Oto Iskandar Dinata, terus menuai kontroversi. Keberadaan Dedi Mulyadi di lokasi kejadian menjadi sorotan utama.
Dugaan ini muncul dari kesaksian seorang korban kericuhan yang kini dirawat intensif. Korban, yang hanya disebut SF, mengaku tengah mengantre makanan gratis bersama keluarganya sekitar pukul 14.00 WIB.
Menurut SF, kehadiran Dedi Mulyadi memicu antusiasme massa untuk mendekat dan bertemu langsung. Lonjakan massa yang tidak terkendali menyebabkan kericuhan. SF terpisah dari keluarganya, terjatuh, dan terdesak dalam kerumunan.
Meski belum memberikan pernyataan resmi, Dedi Mulyadi sebelumnya mengaku tidak tahu-menahu soal acara makan gratis tersebut. Ia hanya mengetahui adanya pentas seni yang dijadwalkan pada Jumat malam.
Namun, sebuah video yang beredar di kanal YouTube pribadinya menunjukkan hal yang berbeda. Dalam video tersebut, Dedi Mulyadi bahkan bertanya tentang persiapan untuk masyarakat dan mempersilahkan warga untuk hadir.
"Jadi untuk warga dilaksanakan tanggal 18. Jadi tanggal 18 warga boleh datang ke lapangan. Makan sepuasnya, nonton sepuasnya, tertawa sepuasnya," ujar Dedi dalam video tersebut.
Penyelidikan kasus ini telah diambil alih oleh Polda Jabar. Polisi berencana memeriksa panitia atau Event Organizer (EO) karena mempelai dianggap telah menyerahkan seluruh acara kepada EO.
Sebelumnya, putra dan menantu Dedi Mulyadi, Maula Akbar dan Putri Karlina, membantah adanya agenda makan gratis dalam rangkaian acara syukuran pernikahan mereka. Mereka mengklaim hanya membagikan sisa makanan resepsi kepada warga yang datang.
Putri Karlina juga menambahkan bahwa pembagian makanan tidak diumumkan secara resmi dan hanya ada acara hiburan bagi warga di malam hari. "Balakecrakan bukan makan gratis seperti yang dimaksud, tapi lebih ke makanan yang dibagikan ke massa saja," jelasnya.
Kasus ini terus bergulir dan menimbulkan banyak pertanyaan terkait tanggung jawab atas tragedi yang menewaskan tiga orang, termasuk satu anak-anak, satu lansia, dan satu anggota polisi.