Mobilitas di kota besar seringkali mengandalkan jasa ojek online (ojol). Namun, pengalaman menggunakan ojol di Jakarta dan Jogja ternyata memberikan sensasi yang berbeda, terutama dalam hal "ngebut".
Seorang perantau bernama Mira merasakan perbedaan mencolok ini. Selama di Jakarta, Mira terbiasa meminta driver ojol untuk ngebut demi mengejar waktu. Responnya pun selalu sama: aksi ngebut yang ekstrem, menyalip kendaraan lain dengan lincah hingga membuat penumpang berpegangan erat. Bahkan, tak jarang terjadi senggolan dengan kendaraan lain.
Namun, pengalaman berbeda ia rasakan saat menggunakan ojol di Jogja. Saat terburu-buru mengejar kereta di Stasiun Lempuyangan, Mira kembali meminta driver ojol untuk ngebut. Ia kaget, ngebut ala ojol Jogja jauh berbeda. Alih-alih memacu kecepatan tinggi, driver ojol Jogja justru lebih memilih jalan alternatif yang justru berujung nyasar.
Sholeh, seorang driver ojol di Jakarta, menjelaskan bahwa permintaan "ngebut" dari penumpang seringkali mengindikasikan situasi genting. Driver ojol Jakarta memahami hal ini dan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi permintaan tersebut, bahkan dengan mengambil risiko.
Sementara itu, Jumadi, seorang driver ojol di Jogja, mengungkapkan bahwa permintaan ngebut dari penumpang jarang terjadi. Driver ojol Jogja lebih mengutamakan kenyamanan dan keselamatan penumpang dengan berkendara hati-hati dan halus. Untuk mempercepat perjalanan, mereka lebih memilih menggunakan jalan tikus.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa gaya ngebut ojol sangat dipengaruhi oleh konteks dan kondisi kota masing-masing. Di Jakarta, kecepatan dan ketepatan waktu menjadi prioritas utama. Sementara di Jogja, kenyamanan dan keselamatan penumpang lebih diutamakan.