Di tengah perjuangan Timnas U23 Indonesia di ASEAN U23 Championship 2025, sorotan tertuju pada Hokky Caraka, bukan hanya karena performanya, tetapi juga karena reaksinya terhadap komentar negatif di media sosial.
Striker muda ini mengambil langkah tegas dengan melayangkan somasi kepada lima akun media sosial yang dianggap telah menghina dirinya dan pasangannya. Hal ini dipicu oleh kritik pedas netizen terkait penampilannya di lapangan, di mana ia belum berhasil mencetak gol dalam dua pertandingan babak penyisihan Grup A.
Komentar-komentar tersebut melampaui kritik membangun dan menjurus pada penghinaan serta pelecehan. Situasi ini memicu perdebatan mengenai peran media sosial dalam dunia sepak bola dan dampaknya terhadap mental pemain.
Pengamat sepak bola nasional, Kesit B Handoyo, memberikan pandangannya. Ia menekankan pentingnya menjaga ketenangan pemain yang sedang bertugas membela negara. Menurutnya, pemain sebaiknya menghindari media sosial selama pemusatan latihan atau pertandingan resmi.
Tekanan dari media sosial dapat menjadi "racun" yang mengganggu performa pemain. Komentar negatif dapat memengaruhi pikiran dan konsentrasi, terutama saat menghadapi lawan-lawan tangguh. Manajemen timnas memiliki peran krusial dalam melindungi pemain dari gangguan semacam itu, bahkan dengan mengimbau atau melarang penggunaan media sosial selama periode penting.
Meski demikian, Kesit B Handoyo tidak menyalahkan langkah hukum yang diambil Hokky Caraka. Sebagai warga negara, sang pemain memiliki hak untuk membela diri jika merasa dirugikan.
Hokky Caraka memberikan waktu satu hari bagi kelima akun tersebut untuk meminta maaf secara terbuka. Jika somasi ini tidak diindahkan, kasus ini akan dibawa ke ranah hukum.