Fenomena ‘Rojali’ dan ‘Rohana’: Siapa yang Diuntungkan di Pusat Perbelanjaan?

Fenomena pengunjung mal yang gemar berkeliling tanpa berbelanja, atau sekadar bertanya-tanya, menimbulkan keresahan bagi sebagian pelaku usaha ritel. Meskipun meningkatkan kunjungan ke pusat perbelanjaan, dampak langsung pada penjualan seringkali tidak signifikan. Namun, ada sektor yang justru merasakan manfaat positif dari tren ini: makanan dan minuman.

Menurut Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), sektor makanan dan minuman mengalami pertumbuhan omzet yang menggembirakan, berkisar antara 5% hingga 10% per bulan. Usai menjelajahi berbagai gerai, pengunjung cenderung mencari tempat untuk bersantai dan mengisi energi. Restoran dan kedai minuman menjadi pilihan utama untuk beristirahat dan melepas lelah.

Konsumen merasa lebih terikat untuk melakukan pembelian di tempat makan dibandingkan gerai ritel lainnya. Setidaknya, mereka akan memesan minuman sebagai bagian dari pengalaman bersantai tersebut.

Di sisi lain, tingkat hunian mal secara keseluruhan juga menunjukkan peningkatan. Masyarakat yang sebelumnya terkurung di rumah selama pandemi kini mencari interaksi sosial di luar ruangan. Mal menjadi destinasi populer untuk berkumpul bersama teman dan keluarga.

Untuk tetap relevan, pengelola mal perlu beradaptasi dengan mengubah konsep tradisional sebagai pusat perbelanjaan semata. Pengembangan area rekreasi, hiburan, dan pengalaman interaktif menjadi kunci untuk menarik pengunjung. Mal yang sukses adalah mal yang menawarkan lebih dari sekadar tempat berbelanja, melainkan pengalaman yang berkesan.

Scroll to Top