Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PKB, Abdullah, mempertanyakan efektivitas Satgas Antipremanisme yang digagas oleh Gubernur Jawa Barat terkait insiden pembakaran tiga mobil polisi di Depok beberapa waktu lalu. Insiden tersebut terjadi saat polisi hendak menangkap pelaku penganiayaan.
Abdullah menekankan pentingnya keberadaan satgas ini dalam membantu tugas kepolisian, bahkan hingga tingkat kecamatan. Ia menyoroti perlawanan yang dilakukan oleh ormas di Depok terhadap aparat penegak hukum dengan melakukan pembakaran mobil.
"Pembentukan satgas yang melibatkan unsur Polri dan TNI hingga tingkat kecamatan menjadi sangat mendesak, terutama setelah kejadian vandalisme oleh sekelompok warga saat penangkapan pimpinan ormas yang bermasalah dengan hukum," ujarnya.
Selain itu, Abdullah mendesak kepolisian untuk segera menangkap seluruh pelaku yang terlibat dalam aksi pembakaran tersebut. Ia menegaskan bahwa negara melalui kepolisian tidak boleh kalah atau gentar terhadap aksi premanisme yang dilakukan oleh kelompok tertentu.
Polda Metro Jaya sebelumnya mengidentifikasi pelaku pembakaran di Harjamukti, Depok, sebagai anggota ormas Gerakan Masyarakat Indonesia Bersatu (GRIB). Dari lima pelaku yang telah ditangkap, empat di antaranya adalah anggota GRIB, bahkan salah satunya menjabat sebagai pengurus ranting.
Para pelaku memiliki peran yang berbeda dalam insiden tersebut. Beberapa pelaku mencegat polisi, melakukan pemukulan, merusak mobil, hingga menghasut untuk melakukan pembakaran. Saat ini, polisi masih memburu empat pelaku lainnya yang masih buron.
DPP ormas GRIB belum memberikan pernyataan resmi terkait keterlibatan anggotanya dalam aksi di Depok tersebut.