Harga emas kembali mencatatkan sejarah baru dengan menembus level tertinggi sepanjang masa. Pada hari Senin (21/4/2025), harga emas spot melonjak 2,91% ke US$3.424,30 per troy ons, menandai rekor penutupan tertinggi. Kenaikan ini juga membawa emas melewati level psikologis baru, yaitu US$3.400.
Pada perdagangan Selasa (22/4/2025) pagi, harga emas melanjutkan tren positif dengan kenaikan 0,20% menjadi US$3.431,29 per troy ons.
Lonjakan harga emas ini dipicu oleh ancaman Presiden AS terhadap independensi The Fed dan kebijakan tarif yang mengguncang keyakinan investor terhadap kesehatan ekonomi Amerika Serikat.
Merosotnya indeks dolar AS turut memperkuat reli emas. Indeks dolar AS terperosok 1,10% pada hari Senin, mencapai titik terendah dalam tiga tahun. Karena harga emas diperdagangkan dalam dolar AS, pelemahan mata uang ini membuat emas lebih menarik bagi pembeli internasional.
Sejak awal tahun, harga emas telah meroket sekitar 30%, dan meningkat 8% sejak pengumuman tarif luas pada tanggal 2 April.
Tekanan terhadap Ketua The Fed Jerome Powell terus meningkat. Presiden menuduh Powell sebagai "pecundang besar" dan mendesak bank sentral untuk segera menurunkan suku bunga. Sebelumnya, Presiden juga mengisyaratkan ketidakpuasannya terhadap Powell setelah kepala bank sentral memperingatkan bahwa tarif berpotensi meningkatkan inflasi.
Ketidakpastian perang dagang telah memicu kekhawatiran dan mendorong investor mencari aset safe haven seperti emas. Bank sentral juga turut serta meningkatkan permintaan emas.
Analis memprediksi harga emas akan terus naik hingga mencapai US$3.500 per troy ons dalam tiga bulan mendatang, didorong oleh permintaan investasi yang melebihi pasokan dari pertambangan.
Ketegangan tarif yang terus meningkat mendorong harga emas naik sebagai respons terhadap kebutuhan aset yang aman. China juga menuduh AS menyalahgunakan tarif dan memperingatkan negara lain agar tidak membuat kesepakatan ekonomi dengan AS yang merugikan mereka.