Perundingan gencatan senjata di Gaza mengalami kemunduran signifikan setelah Amerika Serikat (AS) dan Israel memutuskan untuk menarik tim negosiator mereka dari Doha, Qatar. Langkah ini diambil menyusul tuduhan terhadap Hamas atas kurangnya itikad baik dalam mencapai kesepakatan.
Utusan khusus AS, Steve Witkoff, menyatakan bahwa mediasi yang intensif selama lebih dari dua minggu terakhir gagal membuahkan hasil karena Hamas dinilai tidak kooperatif. "Hamas tampaknya tidak berkoordinasi atau bertindak dengan itikad baik," ujarnya melalui media sosial. Witkoff menambahkan bahwa AS akan mempertimbangkan opsi lain untuk membebaskan sandera dan menciptakan stabilitas di Gaza.
Sumber dari pihak Palestina mengungkapkan bahwa tanggapan Hamas terhadap proposal gencatan senjata mencakup amandemen terkait bantuan ke Gaza, peta penarikan mundur tentara Israel, serta jaminan penghentian perang secara permanen.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga menegaskan bahwa pemerintahannya tetap berupaya mencapai gencatan senjata, meskipun tim perunding telah ditarik dari Doha. Ia menuduh Hamas menghambat tercapainya kesepakatan tersebut. "Kita sedang berupaya mencapai kesepakatan lainnya untuk pembebasan sandera kita," kata Netanyahu. "Tapi jika Hamas menafsirkan kesediaan kami untuk mencapai kesepakatan sebagai kelemahan, mereka sangat keliru."
Situasi ini meningkatkan kekhawatiran terhadap kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza, di mana lebih dari dua juta warga Palestina menghadapi krisis yang parah dan risiko kelaparan massal. Tekanan internasional semakin meningkat untuk menemukan solusi yang dapat meringankan penderitaan warga sipil dan mengakhiri konflik yang berkepanjangan.