Ketegangan di perbatasan antara Thailand dan Kamboja akhirnya menemui titik terang. Setelah melalui proses mediasi yang intensif oleh Malaysia selaku Ketua ASEAN, kedua negara sepakat untuk melakukan gencatan senjata.
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengumumkan bahwa baik Thailand maupun Kamboja membutuhkan waktu untuk menarik mundur pasukan militer mereka yang telah dikerahkan ke wilayah perbatasan.
Kementerian Luar Negeri Thailand melalui akun X mereka menyatakan setuju dengan usulan gencatan senjata dari Malaysia. Namun, pemerintah Thailand menekankan bahwa gencatan senjata harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Mereka juga menuding pasukan Kamboja terus melakukan serangan tanpa pandang bulu di wilayah Thailand.
Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja berakar dari ketegangan di area perbatasan. Eskalasi meningkat setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam kontak senjata pada Mei 2025. Situasi semakin memanas ketika Thailand menarik duta besarnya dari Phnom Penh dan mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok, menyusul tewasnya dua prajurit Thailand akibat ranjau darat di wilayah sengketa.
Pada hari Kamis (24/7), militer Thailand mengonfirmasi penggunaan pesawat tempur F-16 yang menembakkan rudal ke wilayah Kamboja, menghancurkan target militer.
Konflik selama dua hari tersebut dilaporkan telah menyebabkan sedikitnya 16 korban jiwa, dengan mayoritas berasal dari pihak Thailand (13 warga sipil dan 1 tentara), serta 1 korban tewas dan 5 luka-luka di Kamboja. Bentrokan bersenjata meluas ke 12 titik di perbatasan. Lebih dari 100.000 warga Thailand dievakuasi dari empat provinsi ke hampir 300 lokasi penampungan.