IAEA Mendesak Akses Kembali ke Fasilitas Nuklir Iran

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menegaskan pentingnya kembalinya para inspektur ke fasilitas nuklir di Iran secepatnya guna melanjutkan tugas pengawasan. Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, menyampaikan hal ini dalam sebuah kuliah di Universitas Nasional Singapura (NUS).

Grossi menekankan bahwa fokus utama saat ini adalah mencegah terjadinya serangan, kekerasan, atau insiden serupa di masa depan. Ia menggambarkan situasi ini sebagai salah satu tantangan terberat yang dihadapi badan tersebut dalam konteks non-proliferasi.

Sebagai penegasan, Grossi mengingatkan bahwa negara-negara yang menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) wajib membuka fasilitas nuklir mereka untuk inspeksi ketat. Dalam kasus Iran, inspeksi IAEA mengalami pasang surut, dengan area abu-abu yang masih menjadi perhatian.

Grossi juga menyoroti laporan bulan Juni kepada Dewan Gubernur yang menyatakan bahwa meskipun Iran tidak memiliki senjata nuklir atau program pengembangannya, negara tersebut tetap harus bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Program nuklir Iran dianggap sangat besar dan ambisius.

Beberapa pelanggaran kewajiban di masa lalu oleh Iran memicu kekhawatiran dan keraguan tentang aktivitas nuklir yang sebenarnya terjadi di negara tersebut.

Menyusul dekrit Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada 2 Juli yang menerapkan undang-undang penangguhan kerja sama dengan IAEA, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyatakan bahwa jalur kerja sama tetap terbuka.

Iran mengaitkan pemulihan kerja sama dengan jaminan keamanan fasilitas nuklir dan ilmuwan nuklirnya. Penangguhan ini merupakan respons terhadap kritik Iran terhadap IAEA dan Grossi atas sikap mereka terhadap serangan terhadap fasilitas nuklir di Fordow, Isfahan, dan Natanz.

Scroll to Top