Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) kembali menyajikan visual luar biasa. Kali ini, JWST menampilkan citra dua bintang yang tengah menemui ajal, dikelilingi oleh pusaran debu kosmik yang membentuk pola spiral yang indah.
Sistem bintang yang langka ini berjarak sekitar 8.000 tahun cahaya dari Bumi, terletak di galaksi Bima Sakti. Pertama kali ditemukan pada tahun 2018, para astronom menamainya Apep.
Nama Apep diambil dari dewa ular dalam mitologi Mesir kuno yang melambangkan kekacauan. Julukan ini muncul karena pola debu yang dihasilkan oleh bintang ini menyerupai ular yang melilit dirinya sendiri.
Dengan detail yang belum pernah terlihat sebelumnya, JWST mengungkapkan bahwa Apep bukan hanya satu bintang sekarat, tetapi merupakan sistem bintang ganda Wolf-Rayet dengan kehadiran bintang ketiga yang mengganggu struktur debu di sekitarnya. Temuan ini telah dipublikasikan di server pra-cetak arXiv dan sedang menunggu proses penelaahan sejawat.
"Kami awalnya mengira Apep akan terlihat seperti nebula pinwheel yang elegan. Ternyata, asumsi kami salah," kata seorang peneliti yang terlibat dalam studi ini.
Apa Sebenarnya Bintang Wolf-Rayet?
Bintang Wolf-Rayet adalah bintang raksasa yang hampir kehabisan bahan bakar. Mereka telah kehilangan lapisan hidrogen terluar mereka, dan kini melepaskan gas helium, karbon, dan nitrogen yang sangat panas. Dalam beberapa juta tahun, bintang-bintang ini akan mengakhiri hidup mereka dengan ledakan supernova yang dahsyat.
Selama fase akhir kehidupannya, tekanan radiasi dari cahaya bintang ini memuntahkan debu karbon superpanas. Debu inilah yang nantinya akan menjadi bahan pembentuk planet. Debu ini memancarkan cahaya terang saat diamati pada panjang gelombang inframerah.
Pada tahun 2018, astronom pertama kali mengamati Apep menggunakan Very Large Telescope di Chili. Namun, dengan instrumen inframerahnya yang canggih, JWST kini mampu mengungkap detail yang jauh lebih kompleks.
Lebih Rumit dari Perkiraan
Peneliti menjelaskan bahwa Apep bukanlah sekadar bintang tunggal yang kuat yang melemparkan debu ke bintang pendampingnya, melainkan sistem dua bintang Wolf-Rayet dengan kekuatan angin bintang yang hampir setara. Debu yang mereka hasilkan membentuk pola kerucut lebar yang menyerupai kaus angin.
Lebih jauh lagi, terdapat bintang ketiga yang mengukir rongga di dalam pusaran debu yang dilepaskan oleh kedua bintang sekarat tersebut, menambah kompleksitas sistem ini.
Selain menghasilkan gambar yang menakjubkan, studi tentang Apep membantu para astronom untuk lebih memahami proses kematian bintang masif. Bagaimana debu karbon yang mereka hasilkan memainkan peran penting dalam evolusi kosmos.
"Kekerasan kematian bintang menyimpan teka-teki yang menarik. Memecahkan misteri ini dan membagikannya kepada dunia adalah kepuasan ilmiah yang luar biasa," ungkap peneliti.