Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi isu mengenai tudingan ijazah palsu yang menerpanya saat menghadiri reuni alumni Fakultas Kehutanan UGM. Ia merasa heran mengapa masih ada pihak-pihak yang terus mencari-cari kesalahannya.
Jokowi mengungkapkan bahwa tudingan ijazah palsu itu bahkan merembet ke hal-hal lain seperti skripsi, kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN), hingga dosen pembimbingnya. Menurutnya, semua tudingan tersebut bermotif politik.
"Ini politik. Sudah tahu semuanya asli, tapi untuk kepentingan politik, jadi terjadi hal seperti itu," ujarnya.
Ia menyayangkan bahwa polemik ini terus berlanjut meski pihak kampus UGM telah menyatakan bahwa ijazahnya asli dan ia benar-benar berkuliah di sana. Seharusnya, kata Jokowi, pernyataan dari rektor dan dekan fakultas sudah cukup untuk mengakhiri perdebatan.
"Mestinya kalau yang namanya ijazah asli, itu kalau ibu rektor sudah menyampaikan ijazahnya dikeluarkan oleh UGM, bapak dekan Fakultas Kehutanan juga sudah menyampaikan bahwa ijazahnya asli, dan saya kuliah di situ, sudah rampung itu," tegasnya.
Setelah isu ijazah mereda, Jokowi menuturkan bahwa kemudian muncul keraguan terhadap skripsinya. Bahkan, lokasi KKN-nya di Desa Ketoyan, Boyolali, juga turut dipermasalahkan.
"Begitu ijazahnya sulit dicari-cari salahnya, belok ke skripsi, skripsinya juga palsu. Skripsi diragukan ganti lagi ke KKN. KKN-nya didatangi ke desanya," keluhnya.
Lebih lanjut, Jokowi juga menyinggung soal dirinya yang dilaporkan karena dianggap melakukan pembohongan publik terkait pernyataan bahwa Ir. Kasmudjo adalah dosen pembimbingnya. Ia menegaskan bahwa Kasmudjo memang merupakan dosen pembimbingnya dan bahkan sering memberikan mentor di pabrik mebel miliknya setelah ia lulus.
"Lho kok nggak boleh, katanya bukan dosen pembimbing. Lho dosen pembimbing, kalau saya sampai kapan pun saya akan menyampaikan kalau pak Ir Kasmudjo itu dosen pembimbing saya," pungkasnya.