Tarif Impor AS Naik, Djarum Tak Gentar!

Kenaikan tarif impor produk Indonesia ke Amerika Serikat (AS) menjadi 19%, hasil kesepakatan antara Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Donald Trump, ternyata tak membuat gentar raksasa rokok Djarum. Meskipun rokok termasuk dalam daftar barang yang terkena dampak, Direktur Utama PT Djarum, Victor Rachmat Hartono, menyatakan perusahaannya tak terlalu cemas.

Ditemui di Jakarta Selatan, Victor menjelaskan bahwa meskipun Djarum mengekspor rokok ke AS, volumenya relatif kecil. "Ekspor kami ke Amerika memang akan jadi lebih mahal, tapi karena fokus utama Djarum adalah pasar Indonesia, dampaknya tidak signifikan," ujarnya.

Djarum, yang telah berdiri sejak 1951 dan dikelola oleh salah satu keluarga terkaya di Indonesia, memang lebih banyak mengandalkan pasar domestik. Victor menegaskan bahwa ekspor rokok ke AS hanya menyumbang sekitar 1% dari total penjualan Djarum. Karena itu, kenaikan tarif impor ini dipastikan tidak akan mengganggu stabilitas keuangan perusahaan.

Tak hanya itu, lini bisnis lain dari Djarum Group juga tidak banyak terlibat dalam aktivitas ekspor-impor dengan AS. Hal ini semakin memperkecil dampak dari perubahan tarif tersebut.

Alih-alih khawatir dengan potensi konflik Thailand-Kamboja, Victor justru lebih mencemaskan ketegangan antara AS dan China. "Yang paling berbahaya itu kalau Amerika sama China perang," katanya. Untungnya, perang dagang antara kedua negara adidaya tersebut saat ini mulai mereda.

Sebagai catatan, Indonesia telah berhasil menegosiasikan penurunan tarif impor dengan pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Tarif impor barang asal Indonesia diturunkan dari 32% menjadi 19%. Di Asia Tenggara, hanya Indonesia dan Vietnam yang berhasil mencapai kesepakatan serupa dengan administrasi Trump. Vietnam sendiri berhasil memperoleh tarif terendah, yaitu 20%. Sementara itu, Malaysia dikenakan tarif 25%, Thailand dan Kamboja masing-masing 36%, serta Myanmar dan Laos menghadapi tarif tertinggi sebesar 40%.

Scroll to Top